Wednesday, October 2, 2013

Sampai Kamu Tiba di Tempat Ini

Ulangan 1:31 
dan di padang gurun, di mana engkau melihat bahwa TUHAN, Allahmu, mendukung engkau, seperti seseorang mendukung anaknya, sepanjang jalan yang kamu tempuh, sampai kamu tiba di tempat ini.

"Dan di padang gurun..."
1,5 tahun masa koass terasa seperti gurun bagiku. Gurun yang serupa milik Musa, tempat kesabaran dan ketaatan diajarkan. Gurun yang bagi bangsa Israel adalah tempat karya, penyertaan dan perlindungan Allah dinyatakan.
Mungkin gurunku tak berupa pasir kering penuh dahaga, tak juga berupa sengatan terik matahari, atau gelap dan dingin malam tanpa cahaya. Namun gurunku juga mengajarkan untuk minum dan memuaskan dahaga dari Sang Air Hidup saja. Gurunku memberikanku kesempatan untuk merasakan teduhnya awan saat siang, dan hangatnya api saat malam.



Gurunku adalah stase 15 Departemen beserta segala tetek bengeknya. Aku merasa terhilang, out numbered, dan out cast karena kepercayaan yang aku pegang. Tapi Air memberiku kelegaan. Tak perlu aku mencari pelepas dahaga lainnya. Air Hidupku cukup.
Tak perlu diungkap, sudah menjadi rahasia bersama, bahwa stase-stase ini cukup menguras air mata, memeras keringat, mengurai tawa. Tapi awan dan api membuat semuanya terasa cukup, tak kurang dan tak lebih. Cukup tertawa, cukup menangis. Dalam kedua momen itu, naungan Yang Mahakuasa adalah tempat perlindungan yang aman.

"...di mana engkau melihat bahwa TUHAN, Allahmu, mendukung engkau, seperti seseorang mendukung anaknya..."
Tuhan mendukungku seperti seorang mendukung anaknya. Memngingat dukungan ayah ibu sejauh ini saja sudah membuat haru, apalagi mengetahui bahwa Tuhan sendiri mendukungku. Ah, betapa beruntungnya saya!

"...sepanjang jalan yang kamu tempuh,.."
Jalan yang sudah kutempuh? 3,5 thn pre klinik, 1,5 tahun koas. Belum lagi masa yang terlewat sebelum itu. Semuanya ada dalam rentang sepanjang jalan yang sudah kutempuh.
Saya juga manusia. Dalam tahun2 itu, kurasakan juga indahnya jatuh cinta, dicintai, dan mencintai. Tapi pahitnya patah hati pun ada. Terkadang tawa, terkadang tangis. Itulah yang membuatku masih manusia. Jika aku menyangkali bahwa aku jatuh cinta atau bahwa aku terluka, maka aku membunuh kemanusiaanku. Apa bedanya saya dengan orang mati kalau begitu?
karena itu, lebih baik kukatakan jujur saja.

"...sampai kamu tiba di tempat ini."
Tempat ini adalah saat sekarang ini, ketika aku sudah  menyelesaikan kepaniteraan klinik, beberapa hari sebelum ulang tahunku ke-24, yang jatuh sehari setelah yudisium.
Tempat ini adalah lokasi yang Tuhan sediakan untuk aku bisa melihat ke belakang dan memandang kebaikan Tuhan di gurun ini. Manna, puyuh, masa, dan meriba. Semua terangkum di tempat ini.
Aku pernah berucap dulu, "jika besok lulus yudisium, maka itu adalah hadiah dari Tuhan buatku. Tapi jika tidak lulus..."
"Ya itu juga hadiah dari Tuhan!" Ayahku yang kupanggil Bapak meneruskan kalimat yang tak sanggup kulanjutkan.
Ya, Bapakku benar. Jika kita mau menerima yang baik dari Allah, masa kita tidak mau menerima yang buruk? Lagipula, standar siapa baik dan buruk itu?
Jika standar baik adalah Allah, maka apa yang Dia lakukan adalah baik. Dan yang tampak buruk bagiku, ada kebaikan yang lebih tinggi yang belum tampak.

Aku bisa di sini karena Allah ingin aku di sini sejak semula. Dan keluarku dari sini juga oleh izin-Nya
Karena itu, bahkan sebelum aku melihatnya, aku bisa berkata, "jika aku lulus yudisium aku mau memuji Tuhan. Dan jika tidak lulus, aku tetap memuji-Nya!"

TERPUJILAH ALLAH
02.10.2013/00:54

No comments: