A.
Pengertian Gangguan Cemas Menyeluruh
Cemas
dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal dan respon
adaptasi terhadap ancaman yang mempersiapkan
individu tersebut untuk “flight or fight”.
Seseorang yang cemas terhadap segala sesuatu dapat dikatakan mengalami gangguan
cemas menyeluruh.
Gangguan
cemas menyeluruh
(Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan kondisi gangguan yang ditandai
dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan
terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan
berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas,
kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas
dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan (Sadock,1997).
GAD
ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan tentang
peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk
khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan
timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan
sosial (Sadock,1997).
B.
Etiologi Gangguan
Cemas Menyeluruh
Penyebab
gangguan cemas menyeluruh ini belum diketahui secara pasti. Hanya saja
disebutkan bahwa faktor biologi dan psikologi memiliki peran terhadap
terjadinya gangguan cemas menyeluruh.
1.
Faktor Biologi
Efikasi terapi obat benzodiazepin dan
azaspiron (buspiron) terfokus pada sistem neurotransmitter GABA dan serotonin.
Benzodiazepin diketahui dapat mengurangi kecemasan, sebaliknya flumazenil
(reseptor antagonis benzodiazepin) dapat memicu kecemasan. Walaupun tudak ada
data yang mebuktikan bahwa reseptor benzodiazepin pada pasien gangguan cemas menyeluruh
adalah abnormal, beberapa peneliti mengatakan bahwa konsentrasi reseptor
benzodiazepin tertinggi terdapat pada lobus occipitalis. Area otak lain yang
dicurigai berperan dalam terjadinya gangguan cemas menyeluruh adalah basal
ganglia, sistem limbik, dan korteks lobus frontalis.
Dikarenakan
buspiron merupakan agonis terhadap reseptor serotonin, sehingga ada hipotesis
yang menyebutkan bahwa terjadi gangguan regulasi dari sistem serotonergik pada
pasien dengan gangguan cemas menyeluruh.
Neurotransmitter
lain yang masih menjadi subjek penelitian pada gangguan cemas menyeluruh adalah
norepinephrine, glutamat, dan sistem kolesistokinin.
Suatu
studi dengan pemeriksaan Positron
Emission Tomography melaporkan bahwa laju metabolik pada basal ganglia dan white matter pada pasien gangguan cemas
menyeluruh lebih rendah dibanding pada orang normal.
2.
Faktor Psikososial
Faktor
psikososial yang mengarah pada perkembangan gangguan cemas menyeluruh adalah cognitive-behaviour dan psikoanalitik.
Berdasarkan pada cognitive-behaviour, pasien dengan gangguan cemas menyeluruh
merespon suatu ancaman secara kurang tepat dan benar. Ketidaktepatan ini
dihasilkan dari perhatian yang selektif terhadap suatu hal negatif di
lingkungannya dengan cara mendistorsi pemrosesan informasi dan dengan cara
memandang terlalu negatif terhadap kemampuan dirinya dalam hal mengatasi suatu
masalah.
Hipotesis
psikoanalitik menyebutkan bahwa kecemasan merupakan gejala dari konflik bawah
sadar yang tidak terselesaikan.
C.
Gejala dan Tanda Gangguan Cemas Menyeluruh
Gambaran umum penyakit ini adalah kekhawatiran yang
tidak sebanding dengan stressor yang sesungguhnya dalam kehidupan. Gangguan cemas sendiri dibagi menjadi 2 yaitu gangguan anxietas
kontinyu dengan episodik. Gangguan cemas menyeluruh adalah bentuk dari kecemasan kontinyu.
Gejala yang terjadi harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan,adapun keluhan lain
meliputi kecemasan misalnya khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi. Selain itu terdapat pula ketegangan motorik,
misalnya gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai. Overaktivitas
otonomik juga ditemukan misalnya adanya kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing, mulut kering.
Gejala gangguan
cemas menyeluruh ada
yang mengelompokan nya menjadi sindroma anxietas, dimana adanya perasaan cemas
atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2 hal atau lebih yang dipersepsikan
sebagai ancaman sehingga tidak mampu istirahat. Selain itu, ada paling sedikit
6 dari 18 gejala-gejala berikut:
-
ketegangan motorik misalnya:
1. Kedutan
otot atau rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/ pegal linu
3. Tidak bisa
diam
4. Mudah lelah
-
hiperaktivitas otonomik misalnya :
5. Nafas
pendek/ terasa berat
6. Jantung
berdebar-debar
7. Telapak
tangan basah
8. Mulut
kering
9. Kepala
pusing/ melayang
10. Mual,
mencret, perut tidak enak
11. Muka
panas/badan menggigil
12. Buang air
kecil lebih sering
13. Sukar
menelan/ rasa tersumbat
-
kewaspadaan berlebihan dan penangkapan berkurang:
14. Perasaan
jadi peka/ mudah ngilu
15. Mudah
kaget/terkejut
16. Sulit
konsentrasi
17. Sukar
tidur
18. Mudah
tersinggung
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari,
bermanifestasi dalam gejala penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
Pada
anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan somatic
berulang yang menonjol.
D.
Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh
Gangguan
cemas menyeluruh, menurut
DSM-IV-TR, ditandai dengan pola yang sering, kekhawatiran terus-menerus dan
kegelisahan yang tidak sesuai dengan dampak dari peristiwa atau keadaan yang
merupakan fokus dari rasa khawatir. Perbedaan antara gangguan cemas menyeluruh dan kecemasan
yang normal ditekankan dalam
kriteria yang menggunakan kata-kata
yang berlebihan dan sulit dikendalikan;
dan gejala yang menyebabkan
penurunan yang signifikan.
a.
Kecemasan yang
berlebihan dan khawatir dapat terjadi harian atau minimal selama minimal 6
bulan, atau pada beberapa acara atau kegiatan (seperti pekerjaan atau saat
aktivitas sekolah).
b.
Orang yang mengalami
kesulitan untuk mengontrol rasa khawatir.
c.
Kecemasan dan
kekhawatiran berkaitan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala berikut
(dengan setidaknya beberapa gejala ada selama 6 bulan terakhir).
Catatan: Hanya satu
gejala saja yang diperlukan pada anak.
1)
Kegelisahan atau
perasaan tegang saat mendekati hari yang ditentukan.
2)
Menjadi mudah lelah
3)
Sulit berkonsentrasi
atau pikiran akan kosong
4)
Mudah marah
5)
Ketegangan otot
6)
Gangguan tidur
(kesulitan untuk memulai tidur, atau tidur tidak nyenyak)
d.
Fokus dari kecemasan
dan kekhawatiran tidak terbatas pada isi daripada gangguan Axis I, misalnya,
kecemasan atau kekhawatiran yang bukan tentang serangan panik (seperti pada
gangguan panik), menjadi malu bila muncul di depan umum (seperti dalam fobia
sosial), berada jauh dari rumah atau
kerabat dekat (seperti pada gangguan kecemasan perpisahan), kenaikan berat badan (seperti
dalam anoreksia nervosa), memiliki beberapa keluhan fisik (seperti pada
gangguan somatisasi), atau memiliki penyakit yang serius (seperti dalam
hypochondriasis), dan kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi secara eksklusif
selama gangguan stres pasca trauma.
e.
Kecemasan, khawatir,
atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam social atau pekerjaan.
f.
Gangguan itu bukan
karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat,
pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme) dan tidak
terjadi secara khusus selama gangguan mood, gangguan psikotik, atau pervasive
developmental disorder.
Berdasarkan
PPDGJ III, pedoman diagnosis untuk gangguan cemas menyeluruh (F41.1) adalah:
o penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala
primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free
floating” atau mengambang)
o gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur
sebagai berikut:
·
kecemasan (khawatir
akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
·
ketegangan motorik
(gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
·
overaktivitas
otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
o pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan
berlebihan untuk ditenangkan serta keluhan-keluhan somatik berulang yang
menonjol.
o adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk
beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan
anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresif, gangguan anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan
obsesif-kompulsif.
E.
Prognosis
Baik
tidaknya prognosis pada gangguan cemas menyeluruh tergantung pada tingkat
keparahan dari kondisi yang terjadi.
Tanpa terapi, gangguan cemas menyeluruh bisa terus berlanjut dan terus
muncul dalam kehidupan pasien. Prognosis semakin buruk pada orang yang memiliki
lebih dari satu jenis gangguan kecemasan. Terlebih, pada pasien dengan gangguan
cemas menyeluruh ini biasanya lebih
sering atau punya kecenderungan untuk menjadi perokok berat, minum alcohol, dan
menggunakan obat-obat tertentu dibandingkan orang normal yang tidak menderita gangguan.
Masing-masing dari hal tersebut di atas membuat gejala cemas menjadi lebih
mudah muncul dalam jangka waktu yang pendek. Serta adiksi pada nikotin, alkohol, dan obat-obatan
akan memperburuk keadaan jangka panjang dan secara signifikan memengaruhi
kondisi kesehatan secara umum. Akan tetapi, sebagian besar pasien menunjukkan
perbaikan dengan kombinasi terapi
medikasi dan terapi kognitif perilaku (cognitive
behavioural therapy). Statistik
menunjukkan dengan terapi yang adekuat,
sekitar 50% pasien membaik keadannya dalam 3 minggu semenjak terapi
dimulai.
F.
Penatalaksanaan
Gangguan Cemas
Menyeluruh
1.
Psikoterapi
a. Psikodinamik
(Insight), ditujukan untuk mengungkap
konflik masa lalu yang mendasari dan merupakan sumber kecemasan yang sebenarnya
b. CBT
(Cognitive-Behavioral Therapy),
dengan cognitive restructuring, yaitu
mengidentifikasi pikiran-pikiran yang berhubungan dengan kecemasan lalu menggantinya
dengan respon ‘coping’ yang lebih
positif
c. Relaxation Training,
latihan untuk menurunkan bangkitan fisiologik yang berlebihan
d. Suportif
2.
Somatoterapi
a.
Ansiolitik
Benzodiazepin,
·
Ansiolitik yang paling
sering digunakan
·
Tidak mengurangi
kekhawatiran, namun mengatasi kecemasan dengan menurunkan kewaspadaan dan
dengan menghilagkan gejala somatik seperti ketegangan otot
·
Semua benzodiazepin
memiliki efikasi yang sama, menyebabkan sedasi, gangguan kosentrasi, dan
amnesia anterograde. Spektrum klinis benzodiazepin meliputi:
o Ansiolitik
o Antikonvulsan
o Antiinsomnia
o Premedikasi
bedah
·
Beberapa contoh
benzodiazepin:
a) Diazepam
dan Chlordiazepoxide, merupakan benzodiazepin broadspectrum
b) Nitrazepam
dan Flurazepam, lebih efektif sebagai antiinsomnia karena dosis antiinsomnia
berdekatan dengan dosis anticemas
c) Midazolam,
onset cepat dan kerja singkat, cocok untuk premedikasi bedah
d) Bromazepam,
Lorazepam, dan Clobazam, lebih efektif sebagai anticemas karena dosis
antiinsomnia dan anticemas yang berjauhan
e) Clobazam,
efek samping terhadap performa psikomotor paling kecil, cocok untuk pasien
dewasa atau pasien lansia yang ingin aktif
f) Lorazepam,
benzodiazepin dengan waktu paruh pendek dan tidak ada akumulasi obat yang
signifikan pada dosis terapi, cocok untuk pasien dengan kelainan fungsi hati
dan ginjal
g) Alprazolam,
efektif untuk ansietas antisipatorik, memiliki onset cepat dan komponen anti
depresi
b.
Ansiolitik
Non Benzodiazepin
a) Sulpiride,
efektif untuk meredakan gejala somatik dari sindrom ansietas dan resiko
ketergantungan paling kecil
b) Buspirone,
obat yang sering digunakan untuk pasien dengan kecemasan kronik, pasien yang
relaps setelah terapi dengan benzodiazepin, dan pasien dengan riwayat
penyalahgunaan zat. Tidak seperti benzodiazepin, buspirone lebih mengurangi
kecemasan daripada gejala somatik pada Gangguan
cemas menyelurh (Generalized Anxiety Disorder, GAD).
Buspirone sama efektifnya dengan benzodiazepin untuk terapi pasien dengan GAD. Buspiron juga tidak
menyebabkan ketergantungan dan toleransi. Namun perlu diinformasikan pada
pasien bahwa, tidak seperti benzodiazepin yang dapat langsung menghilangkan
gejala kecemasan, onset Buspirone perlu 2-3 minggu.
c.
Antidepresan
Trisiklik, Imipramine, efektif dalam
mengendalikan kecemasan pada GAD,
namun belum diteliti efektivitasnya jika dibandingkan dengan Benzodiazepin atau
Buspirone. Dapat juga digunakan alternatif Desmipramine atau Nortriptiline
dengan efek samping antikolinergik dan antiadrenergik yang lebih ringan.
d.
Antidepresan
Atipikal, Trazodone, untuk pasien yang tidak
merespon pada agen yang lain, penggunaan dibatasi karena efek samping sedasi
dan priapismus yang tinggi. Nefazodone dapat digunakan sebagai alternatif
karena efek sampingnya lebih dapat ditoleransi
e.
Antidepresan
Atipikal, Venlafaxine, memiliki efek anticemas
dan antidepresi untuk pasien dengan GAM disertai Depresi Mayor
REFERENSI
American
Family Physician. http://www.aafp.org/afp/2000/1001/p1591.html
Maslim,
R. 2003, Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ III, Jakarta : PT Nuh Jaya, hal 74
Maslim,
R. 2007,
Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta : PT Nuh Jaya
RSUD
Dr. Soetomo. 2004,
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi III. Surabaya.
Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott.
Generalized Anxiety Disorder in : Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry
: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott
Williams & Wilkins: 2007. p. 623-7
Zieve
, David. 2012. Generalized Anxiety
Disorder [Online]
Diakses tanggal 11 April 2012. Availabvle from : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001915/
No comments:
Post a Comment