THE ROLE OF CHRISTIAN MEDICAL DOCTOR: A CALLING
“Karena
kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan
baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di
dalamnya.”
Efesus
2:10
Setiap orang diciptakan oleh Allah memiliki tujuan
tertentu yang berbeda satu dengan yang lain. Dan tujuan itu adalah untuk
melakukan pekerjaan yang baik. Tujuan itu sangat personal yang kemudian kita
kenal sebagai “panggilan”. Oleh karena itu, setiap orang, dengan profesi atau pekerjaan
apa pun, seharusnya tidak semata – mata melihat pekerjaannya sebagai suatu
tugas atau kewajiban, melainkan suatu panggilan yang diberikan Allah kepadanya.
Begitu pula dengan dokter. Setiap dokter harus menyadari bahwa dia menjadi
dokter bukan karena “terjebak” dalam profesi dokter, melainkan suatu panggilan
mulia untuk melakukan pekerjaan yang Tuhan inginkan.
Apa perbedaan mendasar antara seorang dokter Kristen
dengan dokter lainnya? Mungkin keduanya bisa sama – sama melakukan pekerjaan
baik, sama – sama memiliki hati yang mengasihi pasien, dan sama – sama memiliki
keahlian dalam bidangnya, namun jelas dasar melakukannya berbeda. Orang dunia
(orang yang tidak mengenal Kristus) melakukannya demi perbuatan baik itu, namun
seorang Kristen melakukannya dengan pemahaman bahwa dosanya telah ditebus oleh
Kristus. Karena itu, dalam melakukan pekerjaan, dia melakukannya sebagai ucapan
syukur atas kebaikan dan kemurahan Tuhan.
Menyadari bahwa hidupnya adalah anugerah, maka
sebagai seorang dokter Kristen, harus berusaha menyenangkan Tuhan dalam setiap
area hidupnya. Hal ini berarti, dalam melakukan pekerjaan, kita harus melayani
Tuhan dalam melayani setiap pasien kita. Kita harus melayani pasien kita dengan
mendengarkan keluhan – keluhannya, membuatnya merasa nyaman, mengajarnya
tentang penyakitnya, mendiagnosis, memberi prognosis, dan terapi. Tapi yang
lebih penting, kita melayani dengan mengingatkan setiap pasien kita dengan
mengingatkan bahwa tidak ada kesembuhan di luar Kristus. Kita menasihati,
mengkonseling, dan memberi edukasi. Kita kadang menggunakan obat – obatan, tapi
lebih lagi, kita harus mengucap syukur kepada Tuhan, meminta berkatNya atas
obat – obatan itu. Yang terutama adalah kita harus tiap – tiap hari mencari
Tuhan. Karena relasi yang dekat dengan Tuhan dan spiritualitas yang baik akan
sangat berdampak pada setiap pengambilan keputusan yang kita lakukan (Seale, 2010) . Kita harus
memperlakukan pasies kita sebagai seorang yang jatuh, seorang yang berdosa yang
membutuhkan penebusan lebih dari obat – obatan kita. Kita harus mengingat bahwa
pasien kita memiliki tangggung jawab untuk dirinya sendiri di hadapan Tuhan
sehingga kita tidak memaksanya untuk membayar biaya perawatan jika memang tidak
mampu (Robert
Maddox)
Itulah tanggung jawab dan peran seorang dokter
Kristen di tengah masyarakat. Untuk hidup dalam panggilan itu terus – menerus,
sampai saatnya berakhir. Dan di akhir, dokter itu bisa berkata, “Aku telah
mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman” (2 Timotius 4:7). Soli Deo Gloria!
Robert Maddox, M. Defining the Christian Doctor. Journal
of Biblical Ethics in Medicine , 5 (1), 22-27. Retrieved October 17, 2011.
http://bmei.org/jbem/volume5/num1/maddox_defining_the_christian_doctor.pdf
Seale, D. C.
(2010, August 25). The role of doctors' religious faith and ethnicity in
taking ethically controversial decisions during end-of-life care.
Retrieved October 17, 2011, from Journal of Medical Ethics:
http://jme.bmj.com/content/early/2010/09/01/jme.2010.036194
Oleh:
Cyntia
Puspa P
PD
FKUA 08 - 010810581
No comments:
Post a Comment