Saturday, September 28, 2013

PERSALINAN SUNGSANG


I.                   Definisi
Persalinan sungsang adalah persalinan dengan presentasi bokong atau kaki pada saat persalinan.

II.                Jenis Persalinan Sungsang
A.                Persalinan Per Abdominam
1.                  Seksio Sesaria
B.                 Persalinan Per Vaginam
1.                  Persalinan Sungsang Spontan (Cara Bracht, Spontaneus Breech), yaitu melahirkan janin dengan tenaga ibu sendiri.
2.                  Ekstraksi Sungsang (Total Breech Extraction), , yaitu melahirkan janin dengan tenaga dari penolong seluruhnya.
3.                  Manual Aid (Partial Breech Extraction Assisted Breech Delivery), yaitu melahirkan janin dengan sebagian tenaga ibu dan sebagian tenaga penolong.
III.             Fase-fase Persalinan Sungsang

Download PDF


Terdiri dari 3 Fase:
A.                Fase lahirnya bokong sampai pusat, bukan fase yang berbahaya, sehingga tidak perlu cepat diselesaikan.
B.                 Fase lahirnya pusat sampai mulut, merupakan fase yang berbahaya karena pada fase ini kepala janin sedang memasuki pintu atas panggul sehingga dapat menjepit tali pusat. Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan.
C.                 Fase lahirnya mulut hingga seluruh kepala, bila ada jepitan tali pusat,  janin masih dapat bernapas lewat mulut. Fase ini tidak boleh cepat-cepat diselesaikan, karena perubahan tekanan yang mendadak dari uterus yang bertekanan tinggi ke dunia luar yang bertekanan rendah dapat menyebabkan pendarahan intrakranial berupa ruptura tentorium serebeli.
IV.             Pemilihan Jenis Tindakan

Per Abdominam
A.                Seksio Sesaria
Merupakan cara persalinan terbaik bila ditinjau dari janin karena persalinan sungsang pervaginam sering memberi trauma yang sangat berarti bagi janin.
Komplikasi persalinan sungsang pervaginam:
1.                  Sufokasi Janin
akibat aspirasi cairan-cairan di jalan lahir, pernapasan janin dirangsang oleh gangguan sirkulasi utero-plasenta dan/atau badan janin yang keluar lebih dulu
2.                  Asfiksisa Fetalis
akibat jepitan tali pusat oleh kontraksi uterus dan/atau kepala yang sedang memasuki pintu atas panggul
3.                  Kerusakan Jaringan Otak
akibat kompresi kepala janin di jalan lahir dan/atau dekompresi mendadak pada kepala yang lahir terlalu cepat
4.                  Fraktur, Dislokasi, Hematoma, dan Gangguan Inervasi
akibat trauma selama proses persalinan

Namun karena tidak semua persalinan harus dilahirkan dengan seksio sesaria. Untuk menghindari seksio sesaria yang tidak perlu dapat digunakan beberapa kriteria untuk menentukan bahwa letak sungsang harus dilahirkan dengan seksio saesaria atau tidak. Keadaan-keadaan yang mengharuskan persalinan sungsang dengan seksio sesaria adalah:
·                     Primigravida tua
·                     Nilai sosial janin yang tinggi
·                     Riwayat persalinan sebelumnya buruk
·                     Janin yang besar (3,5-4 kg)
·                     Curiga ada kesempitan panggul
·                     Prematuritas
Dapat digunakan juga sistem skoring untuk menentukan pilihan persalinan pervaginam atau perabdominam. Misalnya sistem skoring Zatuchni dan Andros:
·                     Paritas
a)                  Primi = 0
b)                  Multi = 1
·                     Usia Kehamilan
c)                  >39 minggu = 0
d)                 38 minggu = 1
e)                  <37 minggu = 2
·                     Taksiran Berat Janin
f)                   >3630 gram = 0
g)                  3629-3176 gram = 1
h)                  <3176 gram = 2
·                     Riwayat Letak Sungsang Sebelumnya (TBJ 2500 gram)
i)                    Tidak pernah = 0
j)                    1 Kali = 1
k)                  2 Kali = 2
·                     Pembukaan Cerviks
l)                    <2 cm = 0
m)                3 cm = 1
n)                  > 4 cm = 2
·                     Station
o)                  <-3 = 0
p)                  -2 = 1
q)                  >-1 = 2
·                     Jumlah skor <= 3         : Harus Seksio Sesaria
·                     Jumlah skor 4-5           : Evaluasi cermat Taksiran Berat Janin. Bisa pervaginam bila nilai tidak berkurang
·                     Jumlah skor >5            :Bisa dilahirkan pervaginam
Per Vaginam
A.                Pesalinan Sungsang Spontan
1.                  Keuntungan
a)                  Resiko infeksi lebih rendah, karena tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir
b)                  Trauma pada janin paling ringan, bila dibandingkan persalinan pervaginam yang lain
2.                  Kelemahan
Tidak selalu berhasil pada setiap persalian, angka kegagalan 5-10%, terutama bila:
·                     Panggul ibu sempit
·                     Janin besar
·                     Jalan lahir kaku, pada primigravida
·                     Lengan yang menjungkit atau menunjuk
B.                 Manual Aid
Resiko infeksi dan trauma lebih besar dari persalinan sungsang spontan namun lebih kecil dari ekstraksi sungsang.
·                     Indikasi:
a)                  Persalinan letak sungsang spontan mengalami kegagalan
b)                  Dari semula hendak melakukan manual aid karena menghindari tali pusat terjepit terlalu lama antara kepala dengan pintu atas panggul
C.                 Ekstraksi Sungsang
Merupakan cara persalinan dengan penyulit janin yang sangat buruk. Tidak dianjurkan pada janin hidup kecuali pada gemeli anak ke dua dengan letak sungsang. Resiko kematian janin 3x lebih besar dari persalinan sungsang spontan.
Hanya dilakukan bila janin harus segera dilahirkan karena ibu atau janin dalam bahaya. Misalnya gawat janin, tali pusat menumbung, atau persalinan macet.
V.                Teknik Menolong Persalinan Sungsang Per Vaginam
A.                Teknik Persalinan Sungsang Spontan
Persiapan Ibu dan Penolong, serta mempersiapkan Cunam Piper untuk persiapan bila cara-cara tanpa cunam gagal.
1.    Ibu diposisikan litotomi, saat timbul his ibu dipimpin mengejan dengan merangkul kedua paha.
2.    Saat crowning (bokong membuka vulva), disuntikkan 2-5 IU oksitosin IM (untuk merangsang kontraksi rahim sehingga fase lahirnya pusat sampai mulut dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya) serta dilakukan episiotomi.
3.    Setelah bokong lahir, bokong segera dicengkam secara Bracht (kedua ibu jari sejajar sumbu panjang paha dengan jari yang lain memegang panggul) dan setiap his ibu tetap mengejan.
4.    Setelah tali pusat lahir, tali pusat dikendorkan dulu apabila sangat teregang.
5.    Penolong mengikuti gerakan rotasi anterior janin dengan melakukan hiperlordosis badan janin (badan janin didekatkan ke perut ibu) tanpa melakukan tarikan, sambil seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller (agar tenaga mengejan lebih kuat, menjaga kepala janin tetap fleksi, dan mengurangi resiko lengan menjungkit akibat ruang kosong antara fundus uteri dengan kepala janin).
6.    Lahirlah pusar, perut, bahu, lengan, dagu, mulut, dan seluruh kepala. Janin diletakkan di perut ibu, lendir diisap, tali pusat di klem dan dipotong.
B.                 Teknik Ekstraksi Sungsang
Ada 2 Teknik Ekstraksi Sungsang:
1.                  Ekstraksi Kaki
Dikerjakan bila jenis letak sungsang bukan bokong murni atau bokong belum masuk dasar panggul, sehingga masih dimungkinkan untuk menurunkan kaki.
Teknik:
(1)   Tangan penolong yang searah dengan bagian-bagian kecil janin   dimasukkan secara obstetrik (jari-jari menguncup) ke dalam jalan lahir, sedangkan tangan yang lain membuka labia.
(2)   Tangan yang dimasukkan mencari kaki.
Bila kedua kaki ada di atas dekat kepala  (presentasi bokong murni) maka mencari kaki adalah dengan cara menelusuri bokong, pangkal paha, sampai lutut, lalu kaki janin diabduksi dan difleksikan pada sendi paha sehingga kaki janin menjadi fleksi pada sendi lutut.
Bila satu kaki sudah ditemukan maka kaki dipegang di antara jari II dan III. Lalu kaki ini dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
(3)   Setelah satu kaki keluar sampai batas lutut, kedua tangan penolong memegang betis janin dengan kedua ibu jari di belakang betis sejajar sumbu panjang betis dan jari-jari yang lain di depan betis.
Dengan pegangan ini, bila yang dipegang betis depan, maka betis ini ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha depan lahir.
Bila yang dipegang betis belakang, maka betis ini dielevasi ke atas sejauh mungkin sampai pangkal paha belakang lahir.
(4)   Setelah pangkal paha lahir, pegangan dipindah pada pangkal paha setinggi mungkin dengan ibu jari di belakang paha sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan paha.
Dengan pegangan ini, bila yang dipegang pangkal paha depan, maka pangkal paha ini ditarik curam ke bawah hingga trokhanter depan lahir, lalu dielevasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong sudah lahir.
Bila yang dipegang pangkal paha belakang, maka pangkal paha ini dielevasi ke atas sejauh mungkin hingga trokhanter belakang lahir, lalu ditarik curam ke bawah hingga trokhanter depan lahir. Bila kedua trokhanter sudah lahir berarti bokong sudah lahir.
(5)   Setelah bokong lahir, badan janin dipegang secara femuro-pelviks (kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sacralis media, telunjuk pada krista iliaka, dan jari yang lain mencengkam paha bagian depan).
Dengan pegangan ini, badan janin ditarik curam ke bawah sampai pusar lahir. Setelah tali pusat lahir, tali pusat dikendorkan dulu apabila sangat teregang. Badan janin yang lain dilahirkan dengan cara Manual Aid.
2.                  Ekstraksi Bokong
Dikerjakan bila jenis letak sungsang adalah bokong murni dan bokong sudah masuk dasar panggul, sehingga sukar untuk menurunkan kaki.
Teknik:
(1)     Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil janin dimasukkan ke jalan lahir ke arah pelipatan paha depan janin. Lalu jari telunjuk tersebut dikaitkan ke pelipatan paha ini dan ditarik curam ke bawah. Sedangkan tangan yang lain menggenggam pergelangan tangan yang mengait untuk membantu melakukan tarikan.
(2)   Bila dengan tarikan trokhanter depan berhasil tampak di bawah simfisis, maka jari telunjuk tangan penolong yang lain juga dikaitkan ke pelipatan paha depan janin (sehingga pelipatan paha depan janin dikait dengan 2 jari telunjuk). Dengan kedua jari telunjuk pelipatan paha janin ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.
(3)   Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks (kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sacralis media, telunjuk pada krista iliaka, dan jari yang lain mencengkam paha bagian depan).
(4)   Dengan pegangan ini, badan janin ditarik curam ke bawah sampai pusar lahir. Setelah tali pusat lahir, tali pusat dikendorkan dulu apabila sangat teregang. Badan janin yang lain dilahirkan dengan cara Manual Aid.
C.                 Teknik Manual Aid
Tahap Pertama, yaitu lahirnya bokong sampai pusar.
Tindakan sama seperti pada teknik menolong pesalinan sungsang spontan:
1.                  Persiapan Ibu dan Penolong, serta menyiapkan Cunam Piper untuk persiapan bila cara-cara tanpa cunam gagal.
2.                  Ibu diposisikan litotomi, saat timbul his ibu dipimpin mengejan dengan merangkul kedua paha.
3.                  Saat crowning (bokong membuka vulva), disuntikkan 2-5 IU oksitosin IM (untuk merangsang kontraksi rahim sehingga fase lahirnya pusat sampai mulut dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya) serta dilakukan episiotomi.
4.                  Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks (kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sacralis media, telunjuk pada krista iliaka, dan jari yang lain mencengkam paha bagian depan).
Dengan pegangan ini, badan janin ditarik curam ke bawah sampai pusar lahir. Setelah tali pusat lahir, tali pusat dikendorkan dulu apabila sangat teregang.
Tahap Kedua, yaitu melahirkan bahu dan lengan. Ada beberapa pilihan teknik, yaitu cara klasik (cara Deventer), cara Mueller, cara Lovset, cara melahirkan bila Lengan Menunjuk, cara melahirkan bila Lengan Menjungkit
Cara Klasik (Cara Deventer)
Dapat dilakukan pada hampir semua persalinan sungsang, namun memiliki resiko infeksi yang cukup besar karena tangan penolong harus dimasukkan ke dalam jalan lahir.
Teknik merupakan kelanjutan dari langkah 4 pada tahap pertama atau lanjutan dari ekstraksi sungsang:
5.                  Saat akan melahirkan bahu, kaki dipegang dengan satu tangan lalu dielevasi ke atas sejauh mungkin, pada saat yang sama tangan yang lain menelusuri bahu belakang janin sampai fossa cubiti untuk mencari dan melahirkan lengan bawah dengan gerakan seolah-olah mengusap muka janin.
6.                  Setelah lengan bawah lahir, pegangan pada kaki diganti dengan tangan yang lain lalu ditarik curam ke bawah, pada saat yang sama tangan yang lain menelusuri bahu depan janin sampai fossa cubiti untuk mencari dan melahirkan lengan atas dengan gerakan seolah-olah mengusap muka janin.
(Bila lengan depan sukar dilahirkan maka lengan depan harus diputar dulu menjadi lengan belakang dengan cara mencengkam gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dengan kedua tangan penolong. Kedua ibu jari penolong di punggung sejajar sumbu panjang janin, jari yang lain mencengkam dada. Lalu badan janin diputar ke arah sisi dada dan perut janin hingga lengan depan menjadi lengan belakang. Lengan belakang ini dilahirkan seperti melahirkan lengan belakang sebelumnya)
Cara Mueller
Bahaya infeksi lebih minimal, karena untuk melahirkan lengan, tangan penolong tidak jauh masuk ke dalam jalan lahir melainkan hanya dengan mengait pada bagian lengan yang lebih bawah.
Teknik merupakan kelanjutan dari langkah no. 4 pada tahap pertama atau lanjutan ekstraksi sungsang:
5.                  Saat akan melahirkan bahu, bokong dipegang dengan cara femuro-pelviks (kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sacralis media, telunjuk pada krista iliaka, dan jari yang lain mencengkam paha bagian depan).
6.                  Dengan pegangan femuro-pelviks ini badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simfisis, lalu lengan depan dilahirkan dengan mengait pada bagian lengan yang lebih bawah dengan jari penolong. Setelah lengan depan lahir badan dipegang lagi secara femuro-pelviks lalu ditarik  ke atas sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya atau, bila tidak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait bagian lengan yang lebih bawah dengan jari penolong.
Cara Lovset
Merupakan teknik yang sederhana, jarang gagal, dapat dilakukan pada segala macam letak sungsang tanpa memperhatikan posisi lengan, dan bahaya infeksinya minimal karena tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir.
Teknik merupakan kelanjutan dari langkah no. 4 (d) pada tahap pertama atau lanjutan ekstraksi sungsang:
5.                  Saat akan melahirkan bahu, bokong dipegang dengan cara femuro-pelviks (kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sacralis media, telunjuk pada krista iliaka, dan jari yang lain mencengkam paha bagian depan).
6.                  Dengan pegangan femuro-pelviks ini badan janin ditarik curam ke bawah sambil diputar setengah lingkaran ke arah sisi dada dan perut sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. Lalu badan janin ditarik sambil diputar kembali ke arah yang berlawanan dari putaran sebelumnya sehingga bahu belakang, yang sebelum tindakan ada di depan, kembali menjadi bahu depan. Putaran dilakukan bolak-balik hingga bahu tampak di bawah simfisis. Bila lengan tidak lahir spontan maka dilahirkan dengan mengaitkan jari penolong pada bagian lengan yang lebih bawah lalu menarik bagian lengan yang lain keluar.
Cara Melahirkan Bila Lengan Menunjuk
Digunakan bila salah satu lengan janin melingkar di belakang lehernya. Lengan yang melingkar di belakang leher akan sulit dilahirkan karena akan tersangkut di leher. Oleh karena itu perlu suatu cara untuk membuat lengan tersebut terletak di depan dada.
Diagnosa lengan menunjuk didapat dari pemeriksaan dalam saat ada kemacetan bahu dan lengan pada pimpinan persalinan sungsang spontan (cara bracht).
Teknik melahirkan lengan yang menunjuk:
§  Bila yang melingkar di belakang leher adalah lengan belakang, maka badan atas janin dicengkam dengan posisi kedua ibu jari penolong pada punggung janin sejajar sumbu panjang badan janin sedangkan jari-jari lain mencengkam dada. Lalu badan janin diputar ke arah yang ditunjuk lengan sehingga lengan, yang awalnya ada di belakang leher, menjadi di depan dada.
§  Bila yang melingkar di belakang leher adalah lengan depan, maka badan atas janin dicengkam dengan posisi kedua ibu jari penolong pada dada janin sejajar sumbu panjang badan janin sedangkan jari-jari lain mencengkam punggung. Lalu badan janin diputar ke arah yang ditunjuk lengan sehingga lengan, yang awalnya ada di belakang leher, menjadi di depan dada.
§  Bila lengan sudah di depan dada, lengan ini dilahirkan dengan cara klasik.
Cara Melahirkan Bila Lengan Menjungkit
Digunakan bila salah satu lengan janin dalam posisi lurus ke atas di samping kepala. Cara terbaik untuk melahirkan lengan ini adalah secara Lovset.
Diagnosa lengan menjungkit juga didapat dari pemeriksaan dalam saat ada kemacetan bahu dan lengan pada pimpinan persalinan sungsang spontan (cara bracht).
Tahap Ketiga, yaitu melahirkan kepala. Ada beberapa teknik, dipilih tergantung situasi, yaitu cara Mauriceau, cara Naujoks, cara Prague Terbalik, dan dengan Cunam Piper
Cara Mauriceau
Dilakukan secara rutin untuk mengeluarkan kepala pada manual aid.
Teknik merupakan kelanjutan dari langkah no. 6 pada tahap kedua:
7.                  Memposisikan Tangan Penolong:
Tangan penolong yang satu dari sisi depan janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah masuk ke mulut, jari II dan IV mencengkam fossa canina, dan jari I dan V mencengkam leher. Tujuannya untuk menjaga kepala janin agar tetap fleksi.
Tangan penolong yang lain dari sisi belakang janin mencengkam leher janin dengan jari II dan III.
Pada posisi ini badan janin berada di atas lengan bawah tangan penolong yang masuk ke mulut, seolah-olah janin menunggang kuda.
8.                  Melahirkan Kepala Janin:
Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah (tenaga tarikan terutama oleh tangan yang di punggung) sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeler sampai tampak suboksiput di bawah simfisis.
Setelah tampak suboksiput di bawah simfisis, maka kepala janin dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion. Lahirlah dagu, mulut, mata, dahi, ubun-ubun besar, dan seluruh kepala.
Cara Naujoks
Dilakukan bila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dapat dimasukkan ke dalam mulut janin untuk melakukan cara Mauriceau.
Cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan cedera servikal pada janin.
Teknik merupakan kelanjutan dari langkah no. 6 pada tahap kedua:
7.                  Memposisikan Tangan Penolong:
Kedua tangan penolong mencengkam leher janin dari depan dan belakang mengunakan jari II dan III.
8.                  Melahirkan Kepala Janin:
Kedua tangan penolong menarik bahu curam ke bawah sambil seorang asisten menekan kepala janin ke arah bawah hingga suboksiput di bawah simfisis.
Setelah suboksiput di bawah simfisis, kepala dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion. Lahirlah dagu, mulut, mata, dahi, ubun-ubun besar, dan seluruh kepala.
Cara Prague Terbalik
Dilakukan bila posisi Ubun-Ubun Kecil janin berada di belakang dekat sakrum sehingga dagu di depan akan tersangkut pada simfisis.
Teknik merupakan kelanjutan dari langkah no. 6 pada tahap kedua:
7.                  Memposisikan Tangan Penolong:
Satu tangan penolong mencengkam leher janin di antara jari II dan II dari arah bawah (sisi punggung janin) dan telapak tangan menyangga leher dan punggung atas janin.
Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki janin di antara jari I-II dan jari II-III.
8.                  Melahirkan Kepala Janin:
Tangan penolong yang di leher melakukan tarikan pada bahu janin sambil tangan penolong yang lain mengelevasi kaki ke arah perut ibu dengan os hyoid janin sebagai hipomoklion hingga lahir seluruh kepala janin.
Dengan Cunam Piper
Dilakukan bila terjadi kegagalan  melahirkan kepala dengan cara Maureciau, mencegah cedera servikal pada janin, atau untuk mempercepat persalinan kepala.
Teknik merupakan kelanjutan dari langkah no. 6 pada tahap kedua:
7.                  Memposisikan Cunam:
Cunam piper dipasang dari arah bawah. Daun cunam dipasang satu per satu dengan arah sejajar pelipatan paha belakang janin. Teknik pemasangan cunam sama dengan pemasangan cunam pada letak kepala. Cunam kiri di pasang dulu.
Cunam kiri dipegang dengan tangan kiri seperti memegang pensil. 4 jari tangan kanan penolong dimasukkan ke dalam vagina di sisi kanan (ibu jari tangan kanan tetap di luar). Daun cunam dimasukkan ke dalam vagina dengan tuntunan ibu jari tangan kanan hingga daun cunam kiri pas di kepala janin. Setelah pas, tangan kanan penolong dikeluarkan dari vagina.
Cunam kanan dipegang dengan tangan kanan seperti memegang pensil. 4 jari tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam vagina di sisi kiri (ibu jari tangan kiri tetap di luar). Daun cunam dimasukkan ke dalam vagina dengan tuntunan ibu jari tangan kiri hingga daun cunam kanan pas di kepala janin. Setelah pas, tangan kiri penolong dikeluarkan dari vagina.
Kedua sendok cunam dikunci. Hasil pemasangan daun cunam di evaluasi serta dilakukan traksi percobaan. Jika pemasangan sudah tepat, cunam siap untuk melahirkan kepala janin.
8.                  Melahirkan Kepala Janin:
Setelah cunam terpasang dengan tepat, seorang asisten memegangi badan dan kaki janin sedangkan penolong melakukan tarikan ke bawah hingga suboksiput tampak di bawah simfisis.
Setelah suboksiput tampak dibawah simfisis, cunam dan badan janin dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion. Lahirlah dagu, mulut, muka, dan seluruh kepala. Setelah kepala lahir forceps dibuka.
VI.             ILUSTRASI KASUS

Kunjungan 1
12 Desember 2011
Kunjungan 2
20 Februari 2012
Kunjungan 3
26 Maret 2012
Kunjungan 4
17 April 2012
Kunjungan 5
28 Mei 2012
STU:
TD: 120/70
nadi : 88
RR : 16
K/L : AICD (-)
C/P :dbn
Ekstremitas : edema (-)

TD: 110/70
nadi : 80
RR : 18
K/L : AICD (-)
C/P :dbn
Ekstremitas : edema (-)

TD: 100/60
nadi : 80
RR : 18
K/L : AICD (-)
C/P :dbn
Ekstremitas : edema (-)

TD: 120/80
nadi : 92
RR : 16
K/L : AICD (-)
C/P :dbn
Ekstremitas : edema (-)

TD: 120/80
nadi : 84
RR : 16
K/L : AICD (-)
C/P :dbn
Ekstremitas : edema (-)

Djj
-
10-11-11
11-11-11
12-11-12
12-12-11
STO
HPHT : 1 Oktober 2011
TFU :  teraba dibawah pusat
TPP : 8 Juli 2012
test pack (+)
TFU : 18cm
TFU : 23 cm
gerak janin (+)
His (+)
TFU :  26cm
gerak janin (+)
His (+)
TFU : 29 cm
gerak janin (+)
His (+)
Leopold
-
-
1 : teraba bagian keras janin berada di fundus uteri
2 : teraba punggung janin berada disebelah kiri dan bagian kecil janin teraba disebelah kanan
3 : teraba bokong janin yang lunak dan tidak bulat sebagai bagian terbawah janin
4 : belum  masuk PAP
1 : teraba bagian keras janin berada di fundus uteri
2 : teraba punggung janin berada disebelah kiri dan bagian kecil janin teraba disebelah kanan
3 : teraba bokong janin yang lunak dan tidak bulat sebagai bagian terbawah janin
4 : belum  masuk PAP
1 : teraba bagian keras janin berada di fundus uteri
2 : teraba punggung janin berada disebelah kiri dan bagian kecil janin teraba disebelah kanan
3 : teraba bokong janin yang lunak dan tidak bulat sebagai bagian terbawah janin
4 : belum  masuk PAP

  • Evaluasi 6 jam, pro persalinan Spontan Bracht
  • Keluhan
  • Vital sign
  • DJJ
  • Cortonen, His, Penurunan, dan lingkaran Bandl


S
O
A
P
pkl 12.00
kenceng-kenceng (+)
gerak janin (+) baik
Status Umum : GCS 456
K/L : AICD (-)
Td :120/80    N : 88
RR : 20   ta: 36,5
C/P : vesikuler ,rh (-), wh(-), s1 s2 tunggal, murmur (-)
ekstremitas : edema (-)
STO :  TFU : 31 cm
Letak : membujur
Presentasi : Bokong
DJJ : 11-11-11
His : (+) 40 detik, 3x/ 10 menit
VT : pembukaan 2 cm ,efficement 50%, konsistensi sedang, presentasi bokong, denominator sacrum, penurunan Hodge I, ketuban utuh, bagian terkecil janin tidak teraba.

GIII P20002, 37/38 minggu, tunggal hidup + inpartu kala I fase laten + letak membujur, presentasi bokong murni + TBJ 2700 g

observasi CHPB
evaluasi 6 jam


pkl. 18.00
kenceng-kenceng (+)
gerakjanin (+) baik
Status Umum : GCS 456
K/L : AICD (-)
Td :110/70    N : 84
RR : 18   ta: 36,5
C/P : vesikuler ,rh (-), wh(-), s1 s2 tunggal, murmur (-)
ekstremitas : edema (-)
STO :  TFU : 31 cm
Letak : membujur
Presentasi : Bokong
DJJ : 11-12-11
His : (+) 50 detik, 3x/ 10 menit
VT : pembukaan 5 cm ,efficement 75%, konsistensi sedang, presentasi bokong, denominator sacrum,  penurunan Hodge II, ketuban (-).

GIII P20002, 37/38 minggu, tunggal hidup + inpartu kala I fase aktif + letak membujur, presentasi bokong murni + TBJ 2700 g

observasi CHPB
evaluasi 2 jam
pkl. 20.00
pro spontan brach ibu dipimpin mengejan
Status Umum : GCS 456
K/L : AICD (-)
Td :110/70    N : 90
RR : 18   ta: 36,7
C/P : vesikuler ,rh (-), wh(-), s1 s2 tunggal, murmur (-)
ekstremitas : edema (-)
STO :  TFU : 31 cm
Letak : membujur
Presentasi : Bokong
DJJ : 11-12-12
His : (+)  50 detik, 3x/ 10 menit
VT : pembukaan lengkap, presentasi bokong, denominator sacrum kiri depan,  penurunan Hodge III +, ketuban (-).

GIII P20002, 37/38 minggu, tunggal hidup + inpartu kala II  + letak membujur, presentasi bokong murni + TBJ 2700 g

ibu dipimpin mengejan
pkl. 20.35
lahir bayi secara Lovset dan Mauriceau/ perempuan / 2800 g/ 50cm / AS 8-9/ lahir placenta lengkap .



 pkl. 22.30
keluhan (-)
Status Umum : GCS 456
K/L : AICD (-)
Td :110/70    N : 84
RR : 18   ta: 36,5
C/P : vesikuler ,rh (-), wh(-), s1 s2 tunggal, murmur (-)
ekstremitas : edema (-)
STO :  TFU : satu jari dibawah pusat
kontraksi uterus baik
v/v: fluksus aktif (-)

P30003 pp manual aid (lovset dan mauriceau) 2 jam + HD baik


















































IDENTITAS PENDERITA
Nama                           : Ny. A
Umur                           : 32 tahun

I.       ANAMNESIS
1.    Keluhan utama
Pasien adalah rujukan dari Puskesmas Bandar Rejo dengan GIIIP20002, 37/38 minggu, tunggal hidup + Inpartu kala 1 Fase Laten + Letak Sungsang, Presentasi Bokong Murni + TBJ 2900 g .
Pasien mengeluh perutnya kenceng-kenceng.

2.    Riwayat penyakit sekarang
a)    Hari Pertama Haid Terakhir pasien pada tanggal 1 Oktober 2011.
b)   Pasien datang ke VK bersalin RS Soewandi karena dirujuk oleh Puskesmas Bandar Rejo. Pasien datang ke puskesmas karena perutnya terasa kenceng-kenceng.

3.    Riwayat persalinan lalu
a)    Persalinan pertama usia 9 bulan, Bersalin Spontan, di Bidan Praktek Swasta, anak laki-laki, berat lahir 3120 g, sekarang berusia 12 tahun
b)   Persalinan kedua usia 9 bulan, Bersalin Spontan, di RS Dr Soewandie, anak laki-laki, berat lahir 3400, sekarang berusia 4 tahun.
c)    Hamil ini.

4.    Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah menderita darah tinggi, kencing manis, asma, alergi, serta penyakit jantung.

5.    Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita darah tinggi, kencing manis, asma, alergi, serta penyakit jantung.

6.    Riwayat sosial dan Keluarga Berencana
Pasien sudah menikah, 1 kali, menikah sejak 13 tahun yang lalu. Pasien pernah memakai kontrasepsi pil yang diminum tidak teratur  sejak lahir anak pertama. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok.

7.    Riwayat haid
Menarche umur 13 tahun
Siklus 28 hari, teratur, lama 7 hari, jumlah perdarahan sedang
Ada nyeri saat haid

8.    HPHT                          : 1 Oktober 2011
9.    TPP                              : 8 Juli 2012





















 


II.    PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Tanggal 20 Juni 2012 saat MRS di VK Bersalin

Status generalis
Kesadaran             : Compos Mentis, GCS 4-5-6
Vital sign               :
Tekanan Darah 120/80 mmHg
Nadi 88x/menit
RR 20 x/menit
                              Suhu Rektal : 37 ÂșC
Kepala/leher          : anemis (-), ikterus (-), cyanosis (-), dyspnea (-)
Thoraks                 :
Cor      : S1S2 tunggal
Pulmo  : Vesikuler pada kedua lapangan paru, tidak ada wheezing dan ronkhi.
Ekstremitas           : Tidak ada Edema

Status Obstetrik
Leopold 1 : teraba bagian keras janin di fundus uteri
Leopold 2: teraba punggung pada sebelah kiri ibu dan bagian kecil janin di kanan ibu
Leopold 3 : teraba bagian lunak pada bagian terendah janin
Leopold 4 : teraba bagian terendah janin sudah masuk PAP
TFU           :31 cm
Letak         :Membujur
Presentasi  :Bokong         
DJJ            :11-11-11        
His             :(+)
VT             :Pembukaan 2 cm, penipisan 50%, konsistensi sedang, presentasi bokong, denominator sacrum kiri depan, penurunan Hodge I, ketuban utuh, bagian kecil janin tidak teraba

III.             ASSESSMENT
GIII P20002, 37/38 minggu, tunggal hidup + inpartu kala I fase laten + letak membujur, presentasi bokong murni + TBJ 2700 g


IV. PLANNING
PDx:
·         -
PTx :
PMx:

Akhirnya persalinan dilakukan pervaginam secara Lovset dan Mauriceau



 Daftar Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Cunningham, F.Gary. 2005. Obstetri Williams Vol.1. Jakarta: EGC

Scribed. 2012. Pemilihan Persalinan Sungsang. Cited at: 26 Juny 2012. http://www.scribd.com/doc/49815710/milihan-persalinan-sungsang

No comments: