Saturday, September 28, 2013

Gangguan Penyesuaian

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Stres merupakan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu/organisme agar ia beradaptasi atau menyesuaikan diri. Sumber stres disebut dengan stresor. Stresor menyangkut faktor psikologis seperti ujian sekolah, masalah hubungan sosial, dan perubahan hidup seperti kematian orang tercinta, perceraian, atau pemutusan hubungan kerja (PHK). Stresor menyangkut pula masalah sehari-hari seperti kemacetan lalu lintas dan faktor lingkungan fisik seperti kebisingan dan suhu udara terlalu panas/dingin. Dalam batas tertentu, stres sehat untuk diri kita, stres membantu kita untuk aktif dan waspada. Akan tetapi stres yang sangat kuat atau berlangsung lama dapat melebihi kemampuan kita untuk mengatasi (coping ability) dan menyebabkan distres emosional seperti depresi atau kecemasan, atau keluhan fisik seperti kelelahan dan sakit kepala (Nevid dkk, 2005).
Bentuk yang umum dari kesalahan adaptasi dari suatu stressful life events adalah gangguan penyesuaian. Diagnosis gangguan penyesuaian sangat umum diberikan pada pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Rundell JR selama 6 bulan pada personel militer yang akan menjalani operasi, 37% di antaranya mengalami gangguan penyesuaian (Carta et al, 2009). Prevalensi dalam populasi bervariasi dengan range 10 - 35 % dalam populasi (Casey, 2009). Kesulitan menentukan data epidemiologis pasien dengan gangguan penyesuaian secara akurat lebih disebabkan karena keterbatasan alat penunjang diagnosis (Casey, 2009). Namun kesulitan dan kurangnya penunjang diagnosis dalam gangguan penyesuaian bukan alasan untuk mengabaikan gangguan ini.
Pasien dengan gangguan penyesuaian memiliki peningkatan risiko untuk  melakukan percobaan bunuh diri, dan tidak sedikit pula yang berujung pada bunuh diri. Risiko ini meningkat pada pasien yang merupakan pengonsumsi alkohol. Penemuan terakhir menyatakan bahwa jarak antara proses bunuh diri (mulai dari indikasi memiliki ide bunuh diri sampai melakukan bunuh diri) sangat pendek dan cepat tanpa adanya masalah emosi atau perilaku pada pasien yang didiagnosis dengan gangguan penyesuaian dibandingkan dengan gangguan yang lain (Carta et al, 2009). Berdasarkan data-data tersebut, penulis menganggap bahwa pasien dengan diagnosis gangguan penyesuaian perlu mendapat perhatian khusus oleh sebab meskipun secara klinis tempak ringan, namun memiliki dampak yang besar dan dapat berujung pada kematian. Karena itu, dalam makalah kasus ini akan dibahas mengenai bagaimana cara mendiagnosis pasien dengan gangguan penyesuaian.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada makalah kasus ini adalah sebaagai berikut:
Bagamanakah cara mendiagnosis pasien dengan gangguan penyesuaian?
1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan umum
Mengetahui cara mendiagnosis pasien dengan gangguan penyesuaian
1.3.2        Tujuan khusus
Mengetahui cara mendiagnosis pasien dengan gangguan penyesuaian yang berkunjung ke Puskesmas Banyu Urip Surabaya
Mengetahui intervensi berbasis kedokteran masyarakat yang dapat diterapakan pada pasien dengan gangguan penyesuaian.
1.4  Manfaat
1.4.1        Manfaat Teoritis
Memberikan informasi ilmiah mengenai diagnosis gangguan penyesuaian.
1.4.2        Manfaat Praktis
Melalui tulisan ini dapat diketahui cara mendiagnosis gangguan penyesuian dan bagaimana melakukan intervensi sederhana melalui pendekatan berbasis kedokteran masyarakat.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan suatu reaksi maladaptif terhadap suatu stresor yang dikenali dan berkembang beberapa bulan sejak munculnya stresor, yang ditandai dengan adanya hendaya fungsi atau tanda-tanda distres emosional yang lebih dari biasa (Nevid, dkk, 2005). Gangguan ini termasuk kelompok gangguan yang paling ringan yang dapat terjadi pada semua usia. Orang awam menyebutnya sebagai nasib malang pribadi, sedangkan ahli psikiatrik menyebut gangguan ini sebagai stresor psikososial (Kapita Selekta, 2001).
Hendaya yang muncul dari reaksi maladaptif ini adalah hendaya yang bermakna (signifikan) dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau akademis. Diagnosis gangguan penyesuaian bisa ditegakkan bila reaksi terhadap stres tersebut tidak memenuhi kriteria diagnostik sindrom klinis yang lain seperti gangguan mood atau gangguan kecemasan (Nevid dkk, 2005).
Reaksi maladaptif dalam bentuk gangguan penyesuaian ini mungkin teratasi bila stresor dipindahkan atau individu belajar mengatasi stresor. Bila reaksi maladaptif ini masih berlangsung lebih dari enam bulan setelah stresor dialihkan, diagnosis gangguan penyesuaian perlu diubah (Nevid dkk, 2005).
2.2 Etiologi
Gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih stresor. Beratnya stresor tidak selalu meramalkan keparahan gangguan. Stresor pada masalah penyesuaian atau keadaan stres ini dapat bersumber pada frustasi, tekanan, konflik, atau krisis (Maramis, 2005).
Frustasi timbul bila ada aral melintang antara kita dan maksud (tujuan kita), misalanya bila kita mau berpiknik kemudian mendadak hujan turun atau mobil mogok. Frustasi dapat datang dari luar atau pun dari dalam. Contoh frustasi yang datangnya dari luar antara lain, bencana alam, kecelakaan, kematian seorang yang tercinta, peperangan, norma-norma, adat-istiadat, kegoncangan ekonomi, diskriminasi rasial atau agama, pengagguran, dan ketidakpastian sosial. Sedangkan frustasi yang datang dari dalam dapat berupa cacat badaniah, kegagalan dalam usaha dan moral sehingga penilaian diri sendiri menjadi sangat tidak enak dan merupakan frustasi yang berhubungan dengan kebutuhan rasa harga diri (Maramis, 2005).
Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan. Memilih yang satu berarti frustasi terhadap yang lain. Umpamanya seorang pemuda ingin menjadi dokter, tetapi sekaligus takut akan tanggung jawab kelak bila sudah jadi dokter. Atau jika kita harus memilih antara sekolah terus atau menikah (mengurusi rumah tangga). Contoh lain lagi berupa konflik yang terjadi bila kita harus memilih antara beberapa hal yang semuanya tidak kita ingini, misalnya pekerjaan yang tidak menarik atau menganggur (Maramis, 2005).
Tekanan sehari-hari biarpun kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stres yang hebat. Tekanan, seperti juga frustasi dapat berasal dari dalam ataupun dari luar. Tekanan dari dalam datang dari cita-cita atau norma-norma kita yang kita gantungkan terlalu tinggi dan kita mengejarnya tanpa ampun, sehingga kita terus menerus berada di bawah tekanan. Contohnya adalah orang tua yang menuntut anaknya prestasi anaknya terlalu tinggi, istri yang setiap hari mengeluh pada suaminya mengenai uang belanja, dan lain-lain (Maramis, 2005).
Krisis adalah suatu keadaan yang mendadak menimbulkan stres pada seorang individu ataupun suatu kelompok, seperti suatu kecelakaan, penyakit yang memerlukan operasi, dan masuk sekolah untuk pertama kali (Maramis, 2005).
2.3 Gejala dan Tanda
Gejala gangguan penyesuaian sangat bervariasi, dengan depresi, kecemasan, dan gangguan campuran adalah yang paling sering pada orang dewasa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001). Manifestasi juga termasuk perilaku menyerang dan kebut-kebutan, minum berlebihan, melarikan diri dari tanggung jawab hukum, dan menarik diri. Gangguan penyesuaian memiliki beberapa suptipe dengan reaksi maladaptif yang bervariasi (dapat dilihat pada Tabel 2.1).
2.4  Diagnosis
Dalam PPDGJ-III, gangguan penyesuaian termasuk dalam kriteria diagnosis F.43
F.43 Reaksi Terhadap Stres Berat dan Gangguan Penyesuaian
Karekteristik dari kategori ini adalah tidak hanya di atas identifikasi dasar simtomatologi dan perjalanan penyakit, akan tetapi juga atas dasar salah satu dari
dua faktor pencetus:

Tabel 2.1:  Subtipe gangguan penyesuaian
Gangguan
Ciri-ciri utama
Gangguan Penyesuaian dengan Mood Depresi
Kesedihan, menangis, merasa tidak punya harapan.
Gangguan Penyesuaian dengan Kecemasan
Khawatir, gelisah, dan gugup (atau pada anak takut berpisah dari figur utama).
Gangguan Penyesuaian dengan Gejala Campuran antara Kecemasan dan Mood Depresi
Kombinasi dari kecemasan dan depresi.
Gangguan Penyesuaian dengan Gangguan Tingkah Laku
Melanggar hak orang lain atau melanggar norma sosial yang sesuai usianya. Contoh perilaku meliputi vandalisme, membolos, berkelahi, mengebut, dan melalaikan kewajiban hukum (misalnya menghentikan pembayaran tunjangan).
Gangguan Penyesuaian dengan Gejala Campuran antara Gangguan Emosi dan Tingkah Laku
Gabungan dari gangguan emosi, seperti depresi atau kecemasan, dan gangguan tingkah laku (seperti yang dijelaskan di atas).
Gangguan Penyesuaian Tak Tergolongkan
Kategori residual yang dapat diterapkan pada kasus-kasus yang tidak dapat digolongkan dalam salah satu dari subtipe lainnya.
Sumber: diadaptasi dari DSM-IV-TR (Nevid dkk, 2005)
1.        Suatu stres kehidupan yang luar biasa, yang menyebabkan reaksi stres akut. Atau
2.        Suatu perubahan penting dalam kehidupan, yang menimbulkan situasi tidak nyaman yang berkelanjutan. Stres yang terjadi atau keadaan tidak nyaman yang berkelanjutan merupakan faktor penyebab utama, dan tanpa hal itu gangguan tersebut tidak akan terjadi.
Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respons maladaptif terhadap stres berat atau stres berkelanjutan. Dimana mekanisme penyesuaian (coping mechanism) tidak berhasil mengatasi sehingga menimbulkan masalah dalam fungsi sosial-nya.
F.43.2 Gangguan Penyesuaian
1. Diagnosis tergantung pada suatu evaluasi yang teliti terhadap hubungan antara:
a.         Bentuk, isi, dan keparahan gejala
b.        Riwayat dan kepribadian sebelumnya, dan
c.         Kejadian atau situasi yang penuh stres atau krisis kehidupan
2.    Adanya ketiga faktor ini harus ditetapkan dengan jelas dan harus mempunyai bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami gangguan tersebut.
3.    Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, ansietas, campuran ansietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak ada satu pun dari gejala tersebut yang spesifik untuk mendukung diagnosis.
4.    Onset biasanya terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya kejadian yang “stresful” dan gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal reaksi depresif berkepanjangan (F.43.21) (PPDGJ III,
Berdasarkan DSM-IV TR (APA 2000), Gangguan Penyesuaian memiliki kriteria diagnosis sebagai berikut:
A. Perkembangan emosional atau perilakuk
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Terapi Non-Farmakologis
Psikoterapi merupakan pengobatan terpilih untuk sebagai terapi gangguan penyesuaian. Terapi kelompok merupakan cara yang sangat bermanfaat. Terapi ini bertujuan untuk membantu orang dengan gg penyesuaian memecahkan situasi dengan cepat dengan teknik suportif, sugesti, penentraman, modifikasi lingkungan, dan bahkan perawatan di rumah sakit (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
2.5.2 Terapi Farmakologis
Pasien dengan gangguan penyesuaian dapat diterapi dengan obat antiasietas atau antidepresan, tergantung jenis gangguan. Jika pasien mengalami kecemasan yang berat, dapat diberikan obat antipsikosi dosis kecil. Jika pasien memiliki gejala menarik diri, dapat diberikan obat psikostimulan singkat (Kapita Selekta, 2001).
2.6 Prognosis
Gangguan penyesuaian termasuk kelompok gangguan yang paling ringan sehingga prognosisnya baik dengan pengobatan yang sesuai. Sebagaian besar pasien kembali ke tingkat fungsi sebelumnya dalam waktu tiga bulan. Akan tetapi, remaja biasanya memerlukan waktu lebih lama untuk pulih dibandingkan orang dewasa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Namun tidak boleh juga mengabaikan hasil penelitian terkini yang menyatakan peningkatan kecenderungan melakukan percobaan bunuh diri pada pasien dengan gangguan penyesuaian (Carta et al, 2009).
Bila reaksi maladaptif ini masih berlangsung lebih dari enam bulan setelah stresor dialihkan, diagnosis gangguan penyesuaian perlu diubah (Nevid dkk, 2005).

BAB 3
ILUSTRASI KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama                           : S.I.
Jenis Kelamin              : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir   : Surabaya, 8 Desember 1992
Usia                             : 20 tahun
Suku Bangsa               : Madura
Agama                         : Islam
Status                          : Belum menikah
Alamat                                    : Jalan Simo Gunung Baru Jaya II Blok C
Pendidikan terakhir     : SMA
Pekerjaan                     : Belum bekerja
Pemeriksaan                : tanggal 29 November 2012
3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Pasien merasa sesak sejak 4 hari yang lalu.
3.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasa sesak sejak 4 hari yang lalu. Sesak muncul setelah demam 4 hari yang lalu. Sesak dirasakan saat duduk santai, beristirahat, dan hendak tidur. Saat sedang atau setelah beraktivitas pasien tidak merasakan sesak. Sesak yang dirasakan seperti ada benda berat yang menimpa dada pasien sehingga pasien ngos-ngosan. Pasien belum minum obat apapun untuk sakitnya. Pasien saat ini tidak batuk atau pilek. Tidak merasa pusing, mual, atau muntah. Tidak ada nyeri dada. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya.
Pasien mengeluh sering merasa dada berdebar-debar sejak seminggu terakhir. Pasien juga mengalami gangguan tidur. Pasien terjaga sepanjang malam dan baru dapat mulai tidur sekitar pukul 07.00 pagi sampai pukul 16.00 sore. Pasien tidak mengalami mimpi buruk atau sering bermimpi yang membuat pasien terbangun dari tidur. Pasien mengalami penurunan nafsu makan. Dalam minggu ini pasien beberapa kali merasa sangat lemas seperti mau pingsan.


3.2.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku pernah menderita sakit demam  tifoid saat SD, tidak MRS, hanya rawat jalan. Pasien juga pernah menderita sakit Hepatitis B dan Demam Berdarah. Pasien tidak memiliki riwayat asma atau alergi. Pasien tidak pernah sakit mental sebelumnya.
3.2.3 Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua pasien memiliki sakit sesak saat masih hidup. Ibu pasien meninggal karena sakit diabetes mellitus. Pasien tidak tahu dengan pasti penyebab kematian ayahnya.
3.2.4 Kebiasaan
Sehari – hari pasien menghabiskan waktu di rumah dengan menonton televisi, makan, dan tidur. Pasien merokok ½ pak perhari.
3.2.5 Status Gizi
Pasien tidak memiliki kebiasaan makan teratur sejak kecil. Pasien hanya makan saat merasa lapar, sehari bisa makan satu atau dua kali. Makanan sehari – hari pasien adalah mi instan dan nasi. Pasien jarang membeli makanan dari luar.
3.2.6 Faktor Premorbid
Pasien cenderung tertutup dan pemalu, menyukai kegiatan dan kesibukan
3.2.7 Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kelima dari 5 bersaudara. Data orang tua pasien dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3.1 Data Orang Tua Pasien

Ayah
Ibu
Nama
M.F. (Almarhum)
S.A. (Almarhumah)
Usia
53 tahun
50 tahun
Suku Bangsa
Madura
Madura
Agama
Islam
Islam
Alamat
Jl. Simo Gunung Baru Jaya Surabaya
Jl. Simo Gunung Baru Jaya Surabaya
Pendidikan terakhir
Tidak tahu
Tidak sekolah
Pekerjaan
Pedagang daging sapi
Pedagang daging sapi
Urutan dalam keluarga pasien dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Daftar Keluarga Pasien
No.
Nama
Umur (tahun)
Pendidikan Terakhir
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Keterangan
1
H.H.
Tidak tahu
S1
Perempuan
Ibu Rumah Tangga
Menikah, ikut suami
2
M.K.
30
SMA
Laki-laki
Karyawan Kantor
Menikah, tinggal di Rungkut
3
M.A.
28
SMA
Laki-laki
Manajer Toko Berlian
Belum menikah, tinggal dengan pasien
4
N.F.
23
SMA
Perempuan
Administrasi Perkantoran
Belum menikah, tinggal dengan pasien
5
Pasien
20
SMA
Laki-laki
Belum bekerja
Belum menikah
3.2.8 Riwayat Kelahiran
Pasien tidak mengetahui
3.2.9 Riwayat Perkembangan
Pasien tidak mengetahui
3.2.10 Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah di SD Baitul Ilmi Surabaya 6 tahun, SMP Pondok Al Tauhid Jagir 3 tahun, SMA Pondok Al Tauhid Jagir 3 tahun. Pasien lulus SMA tahun ini (2012). Selama sekolah, pasien termasuk siswa yang berprestasi dan selalu mendapat peringkat 5 besar.
3.2.11 Riwayat Pekerjaan
Pasien mulai bekerja sejak dua bulan setelah lulus SMA. Pasien bekerja di Counter Aksesoris HP di WTC selama tiga minggu saja. Pasien berhenti dari pekerjaannya karena tidak puas dengan gaji yang diterima. Pasien menganggur selama 2 bulan. Kemudian pasien bekerja di McD Darmo sebagai petugas layan antar selama satu bulan.  Dua minggu sebelum pemeriksaan, pasien berhenti dari pekerjaaannya sebagai pelayan pesan antar McD karena motor pasien dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saat ini pasien tidak bekerja.
3.2.12 Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
3.2.13 Riwayat Sosial
Pasien merupakan penduduk asli Surabaya. Rumah yang ditinggali pasien berstatus milik sendiri. Pasien tinggal dengan seorang kakak perempuan dan seorang sepupu laki-laki. Relasi dengan keluarga di rumah biasa saja. Pasien tidak memiliki keakraban dengan anggota keluarga.
Pasien tidak berpenghasilan. Kebutuhan sehari – hari pasien ditopang oleh kakak perempuan pasien yang bekerja sebagai pegawai administrasi kantor 369.
Sejak SMP Pasien sudah terbiasa dengan lingkungan Pondok. Di Pondok pasien memiliki banyak teman dan aktif dalam berbagai kegiatan.  Saat di pondok pasien jarang pulang. Dalam satu tahun biasanya pasien hanya pulang sebanyak dua kali. Tujuh tahun yang lalu pasien pindah ke rumah yang sekarang karena kontrakan rumah di Banyu Urip telah habis. Saat ini, pasien hampir tidak pernah bergaul dengan tetangga karena pasien merasa tidak mengenal tetangganya. Relasi pasien dengan teman-teman di pondok baik, namun karena teman-teman pasien sibuk bekeja atau kuliah, pasien jarang bertemu dengan mereka.
3.3 Pemeriksaan Fisik
3.3.1 Status Generalis
Keadaan umum           : cukup
Kesadaran                   : compos mentis
Vital sign                     : Tekanan Darah 110/80mmHg, nadi 72x/menit, reguler,
              kuat angkat, frekuensi napas 12x/menit, suhu: 36,3 °C
3.3.2 Kepala dan leher
Inspeksi                      
:a/i/c/d                         : +/-/-/-
Hidung & cavum nasi : pernafasan cuping hidung (-)
Mulut                          : Sianosis (-)
            Palpasi: Pembesaran KGB (-)
Thorax
                   Inspeksi    : gerak dada simetris, Retraksi (-)
                   Palpasi      : gerak dada simetris
                   Perkusi     : sonor di kedua lapangan paru
                   Auskultasi: Jantung: S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
                                      Paru: ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen        :
Inspeksi                : Flat
Auskultasi            : Bising usus (+) normal
Palpasi                  : Supel
Perkusi                 : Timpani
Ekstremitas
Akral               : Hangat, Kering, Merah
Edema             : tidak ada
CRT                : kurang dari 2 detik
      Status Neurologis                    : GCS 456
Status Urologis                       : Kencing lancar
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
3.5  Keadaan Kesehatan Keluarga Dari Berbagai Aspek
Pasien tinggal di suatu daerah perkampungan yang jarak antar rumah hanya dibatasi oleh tembok. Tetangga pasien tidak ada yang mengenal pasien dan keluarganya sehingga cukup sulit menemukan tempat tinggal pasien. Saat ditemui, pasien sedang dalam keadaan santai di rumah sambil menonton televisi. Pasien menyambut pemeriksa dengan ramah. Saat itu pasien sedang sendirian, kakak dan sepupu yang tinggal dengan pasien sedang bekerja.
Pasien tinggal di sebuah rumah dengan luas sekitar 5x10 m2, yang terdiri dari satu ruang tamu, dua  ruang kamar namun satu sedang dalam renovasi, satu dapur, satu kamar mandi, dan dua gudang yang sedang dalam renovasi. Rumah tinggal pasien memiliki dinding yang terbuat dari tembok. Ventilasi serta pencahayaan cukup sehingga tidak memerlukan lampu listrik pada siang hari kecuali pada kamar tidur. Atap rumah pasien terbuat dari genteng tanah liat pada ruang tamu, kamar tidur, dan kamar mandi, sedang pada dapur atapnya hanya tertutup oleh terpal-terpal yang disusun menjadi atap karena rumah pasien sedang dalam tahap renovasi. Menurut pasien, saat hujan atap tersebut tidak bocor. Lantai rumah pasien terbuat dari semen yang retak pada beberapa bagian dan berpasir. Rumah pasien tampak tidak rapi dan kotor. Pasien tinggal satu kamar dengan kakak dan kakak sepupunya yang hanya memiliki satu tempat tidur. Kadang-kadang pasien atau kakak sepupu pasien tidur di ruang tamu.
Kakak dan sepupu pasien biasa kerja mulai pagi hari pukul 07.30 hingga pukul 17.00 sore hari. Pasien setiap hari hanya di rumah saja, tidur atau menonton televisi. Pasien tidak pernah pergi ke luar rumah untuk berinteraksi dengan tetangga sekitar. Pasien tidak mengenal tetangganya dan pasien juga tidak dikenal oleh tetangga. Menurut pasien, pasien tidak mengenal karena sejak 7 tahun pindah di rumah ini, pasien hanya beberapa kali pulang karena saat itu pasien sekolah di pondok. Baru setelah lulus, yaitu 4 bulan terakhir saja pasien tinggal menetap di rumah. Pasien malas berinteraksi dengan tetangga karena menurut pasien tidak ada yang seumuran dengan pasien. Tetangga pasien kebanyakan orang dewasa atau anak-anak. Jika ada yang seumuran dengan pasien pasti bekerja atau kuliah sehingga tidak pernah bertemu.
Saat orang tua pasien masih hidup, pasien mengaku cukup dekat dengan ibu, sehingga pasien sangat terpukul saat ibu pasien meninggal ketika pasien kelas 2 SMP. Kehilangan ayah 3 tahun setelahnya juga merupakan pukulan bagi pasien karena dengan begitu pasien tidak memilki orang tua lagi. Harapan pasien untuk melanjutkan kuliah juga hilang karena pasien diminta bekerja saja oleh keluarganya. Sedangkan pasien yang mengaku cukup berprestasi sejak kecil ingin melanjutkan kuliah.
Dua minggu sebelum pemeriksaan, pasien bekerja sebagai petugas layan antar di McDonald Darmo. Pasien mengaku menikmati pekerjaannya. Namun pekerjaan itu hanya bertahan satu bulan karena motor pasien harus dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sejak itu pasien sama sekali tidak memiliki kegiatan. Minggu ini sebenarnya pasien ingin mengajukan lamaran pekerjaan lagi, namun karena pasien sedang sakit, keluarga pasien melarang pasien bekerja dan memintanya untuk berobat ke puskesmas terlebih dahulu.
Dalam keluarga, pasien dan kakak sepupu pasien memiliki kebiasaan merokok. Pasien merokok hingga ½ pak setiap harinya sejak kelas 2 SMA. Pasien mendapat uang untuk membeli rokok dari kakak perempuan atau sepupunya. Pasien mengaku tidak pernah sakit batuk berkaitan dengan kebiasaan merokoknya.
Saat diwawancarai, pasien tampak sedikit tegang dan kaku ketika ditanya mengenai keluarga pasien. Namun ketegangan menurun saat pasien diajak bercanda. Pasien mengaku bahwa termasuk berkepribadian tertutup yang merupakan bentukan keluarga.
Menurut pasien, pola makan anggota keluarga tidak teratur. Konsumsi sehari-hari pasien dan keluarga di rumah adalah mi instan dan nasi, jarang membeli makanan dari luar. Anggota keluarga tidak ada yang memiliki kebiasaan memasak sayur dan lauk pauk lainnya.
3.6  Keadaan Kesehatan Lingkungan
3.6.1 Rumah milik sendiri
Luas rumah                   : 5 x 10 m2
Jenis rumah                               : Satu rumah dengan satu kamar diisi oleh 4 orang anggota keluarga.
Dinding                        : tembok
Atap                             : genteng tanah liat dan terpal
Lantai                           : semen
Cahaya                         : terang
Jalan angin                    : cukup
Jendela                         : kurang (2 buah di depan, 1 buah di kamar)
Kebersihan                   : kurang bersih
3.6.2        Air Minum
Asal                              : Air mineral dalam galon
Nilai air                         : bersih
3.6.3        Jamban dan kamar mandi
Letak                                        : terletak di belakang rumah, dekat dengan dapur, digunakan 1 keluarga (4 orang)
Kebersihan                   : bersih
Jenis jamban                 : Leher angsa.
4            Pekarangan
Ada pekarangan ukuran 5x1 m2 di depan rumah, yang ditumbuhi oleh satu pohon.
3.7 Assesment
Diagnosis Klinis          : Gangguan Penyesuaian F.43.21
Diagnosis Banding      :
3.8 Planning
3.8.1 Planning Diagnosis
Follow up oleh Tim Psikologi Puskesmas Banyu Urip
3.8.2 Planning Terapi          
Paracetamol 3x1 tab, Diazepam 2x1 tab, Vitamin B Complex 2x1 tab
3.8.3 Planning Monitoring
memantau keberhasilan terapi
memantau keluhan yang timbul
3.8.4 Planning Edukasi        
memberiksan pengetahuan dan motivasi mengenai kemungkinan kemungkinan penyakit yang diderita pasien disebabkan oleh keadaan stres yang dialami pasien
-          Memotivasi pasien untuk memiliki kegiatan di luar rumah, berjalan-jalan, atau mencari pekerjaan
-          memberikan pengetahuan mengenai pola makan yang dapat memperbaiki gizi pasien dan menjaga gizi keluarga

1 comment:

elbarokah297.blogspot.com said...

Ada baiknya semua identitas dan petunjuk yang mengarahkan kepada identitas disamarkan. Informasi yang ada jabarkan sangat bermanfaat. terima kasih.