JEALOUS? NO WAY!
KEJADIAN 4:1-16
Tujuan:
o Siswa
mengetahui bahwa rasa iri kepada teman dan saudara bisa menyakiti diri sendiri
atau orang yang membuat iri.
o Siswa
dapat mengetahui cara menghadapi perasaan iri hati.
o Siswa
dapat mengaplikasikan hidup yang menerima diri apa adanya sesuai dengan
anugerah Tuhan tidak iri kepada orang lain.
Apa yang kalian
pikirkan saat teman kalian diberi hadiah, dipuji, diperlakukan amat sangat baik
sedangkan kalian tidak? Padahal, kalian berpikir seharusnya kalian juga
mendapatkan hal yang sama? Bagaimana perasaan kalian? Apa kalian ingin hal
serupa juga terjadi pada kalian?
Iya, terkadang,
kita iri terhadap teman atas hal-hal yang mereka dapat sedangkan kita tidak.
Iri saat saudara kita di rumah mendapat perhatian lebih dari orang tua kita. Kita
iri. Lalu kita mulai mengomel-ngomel dalam hati kita. Banyak pikiran buruk
bermunculan dan terus dan terus lagi...
Nah, sekarang, apakah iri hati itu menyenangkan hati
Tuhan? Mari kita belajar dari Alkitab mengenai iri hati dari Kain dan Habel.
Tapi sebelumnya, mari kita minta pertolongan Tuhan.
Mari kita
membuka Kejadian 4:1-16
Teman-teman,
mungkin sudah berkali-kali kita membaca dan mendengar kisah tentang Kain dan
Habel. Dari bagian ini, kita pun bisa belajar tiga hal mengenai sikap iri hati.
Yang pertama adalah awal timbulnya perasaan iri hati.
Dari ayat 1 dan
2, kita bisa belajar bahwa Kain dan Habel adalah saudara kandung. Bahkan ada
juga yang mengatakan bahwa mereka kembar hanya saja Kain lahir lebih dahulu.
Sepertinya persaudaraan mereka baik- baik saja sampai tiba hari di mana mereka
mempersembahkan korban bakaran bagi Tuhan.
Saat itu apa
yang dipersembahkan Kain dan Habel? Karena pekerjaannya yang adlah petani, Kain
memberikan sebagian dari hasil tanah
kepada Tuhan sebagai korban persembahan. Sedangkan Habel yang menjadi
seorang gembala, mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing
dombanya, yakni lemak-lemaknya. Persembahan siapakah yang diterima? Habel! Tuhan
mengindahkan persembahan Habel dengan mendatangkan api yang menghabiskan korban
Habel sedangkan milik Kain tinggal diam.
Mengapa
persembahan Habel diterima? Karena ia mempersembahkan yang terbaik yang ia
miliki. Ia mempersembahkan anak sulung kambing domba. Anak sulung adalah hasil
pertama, itu adalah yang terbaik. Yang dipersembahkan adalah lemak-lemaknya,
itu berarti ia mempersembahkan yang terbaik dari yang terbaik. Dan ia pun
mengorbankan darah yang melambangkan persembahan korban. Dan Tuhan mengindahkan
persembahan Habel.
Mengetahui hal
itu, Kain saat itu merasa marah karena iri mengapa Tuhan menerima persembahan
Habel sedangkan persembahannya sendiri tidak. Rasa iri ini menguasai dirinya
sehingga hatinya menjadi panas dan mukanya muram.
Jadi teman-teman,
di sini kita belajar tentang asal mula
timbulnya iri hati:
Ø
Kain iri hati kepada Habel karena ia tidak mendapat apa yang Habel miliki,
yaitu penerimaan korban persembahan. Ia merasa sudah berusaha melakukan bagian
yang sama tapi tidak mendapat feed back yang sama.
Ø
Tuhan memperlakukan
Kain dan Habel dengan cara berbeda,
itu juga yang membuat Kain iri. Ia merasa Tuhan tidak adil sehingga ia marah.
Coba kita lihat
diri kita, apakah kita pernah merasa seperti yang dirasakan oleh Kain? Kita iri saat teman kita memiliki apa yang
tidak miliki, mereka lebih berprestasi dari kita? Kita iri waktu
dibanding-bandingkan dengan teman atau saudara kita? Atau kita iri karena kita
merasa orang tua kita lebih menyayangi adik atau kakak kita? Yang ingin kakak
katakan di sini adalah, rasa iri hati itu bisa dialami siapa saja, saya, adek2
semua, kakak2, bahkan orang-orang tua. Padahal jika kita mau teliti lagi,
apakah benar orang lain itu lebih baik dari kita? Apakah benar orang tua kita
juga lebih menyayangi adik atau kakak kita?
Mungkin kadang
orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Tapi, hey! Kita juga
memiliki kelebihan yang tidak mereka miliki! Tuhan, ketika menciptakan kita, sudah memperlengkapi kita dengan talenta
dan karunia. Kita diciptakan Tuhan dengan istimewa. Tidak ada alasan untuk
iri hati. Yang harus kita lakukan adalah, temukan
apa kelebihan kita dan kembangkan! Pergunakan itu untuk memuliakan Dia!
Kemudian tentang
kasih sayang orang tua yang tampak tidak adil. Itu juga tidak benar. Jika orang
tua tampaknya lebih memperhatikan adik kita, iya, donk! Kan dia masih kecil,
dia belum bisa mengurus dirinya sendiri seperti kita. Dia masih membutuhkan
banyak perhatian orang tua. Kita hitung berapa selisih usia kita dengan adik
kita. Sebesar itulah sebenarnya perhatian orang tua lebih banyak kepada kita.
Jika selisih tiga tahun, itu artinya orang tua kita sudah tiga tahun lebih dulu
menyayangi kita sebelum adik kita ada. Masa kita tidak mau berbagi yang tiga
tahun itu dengan adik kita?
Yang kedua yang bisa kita pelajari adalah tentang sikap kita ketika rasa iri itu mulai muncul.
Secara garis
besar, ada dua respon yang bisa diambil, yaitu respon positif dan negatif. Respon
negatif adalah respon yang merusak. Sedangkan respon positif adalah menannggapi
rasa iri itu dengan kepala dingin. Dengan tenang dan memikirkan bahwa mungkin
saja, ketika orang lain mendapat lebih baik dari kita, dia memang layak untuk
itu. Mungkin kita kurang bekerja keras dan sebagainya. Contohnya waktu teman
kita dapat nilai lebih bagus dari kita, kita menerimanya dengan tenang. Teman
kita itu pasti belajarnya lebih keras dari kita jadi kenapa harus iri?
Lalu, bagaimana dengan Kain? Respon mana yang ia
ambil? Yang positif atau yang negatif?
Kita lihat di
ayat yang kedelapan. Dia mengambil respon negatif dengan membunuh Habel di
padang. Ia melakukannya karena rasa iri mengalahkan dia. Dia tidak berpikir
panjang ketika itu.
Nah,
teman-teman, memang kita sering melakukan hal-hal bodoh dan konyol saat kita
dikuasai rasa iri hati. Mungkin kita tidak sampai menghilangkan nyawa orang
lain karena rasa iri hati itu tapi dari tindakan-tindakan kita, kita dapat
melukai hati orang lain.
Jika itu sudah
terjadi pada kita, apa yang seharusnya
kita lakukan?
Ø
Kita harus mohon ampun kepada Tuhan karena rasa
iri itu.
Ø
Kita juga harus berani untuk meminta maaf kepada
orang yang kita sakiti karena rasa iri hati itu.
Ø
Dan kita juga minta pertolongan Tuhan untuk
membuat kita kuat saat menghadapi perasaan iri itu supaya rasa iri tidak lagi
menguasai kita. Kita bisa melakukannya karena Tuhan sendiri berkata di ayat
ketujuh, ”engkau harus berkuasa atasnya”. Kita harus menguasai dosa iri hati
itu.
Yang ketiga yang bisa kita pelajari adalah dampak yang terjadi jika kita tidak bisa berespon positif.
Karena tidak
meresponi dengan positif, Kain membunuh Habel. Seperti ayahnya, Adam, Kain
adalah seorang pembohong dan pembunuh. Di pasal 3, kita bisa melihat dosa
melawan Allah dengan tidak menaati perintah-Nya, dia bagian ini, kita melihat
dosa manusia melawan manusia dengan membunuh. Itu adalah dosa melawan manusia
yang pertama ditulis di Alkitab.
Apa dampak dosa
itu? Sekali berdosa, akan sulit untuk bisa lepas darinya. Setelah membunuh,
Kain mulai berbohong dengan tidak jujur terhadap pertanyaan Tuhan (ayat 9).
Sebenarnya Tuhan
mengetahui perbuatan Kain, tapi Ia berharap Kain sendiri mau mengakui
kesalahannya. Tapi bukan itu yang terjadi. Lebih lanjut karena
ketidakjujurannya, Tuhan mengutuk Kain (11-12). Ia akan terbuang jauh dari tanah tempat ia membunuh adiknya.
Ia akan menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.
Itu adalah
dampak yang dialami Kain. Bagaimana dengan kita? Jika kita yang melakukannya,
kita juga akan mendapat hukuman sendiri. Hukuman itu bisa datang melalui guru,
orang tua, dan juga orang lain yang mungkin diapakai Tuhan untuk memperingatkan
kita.
Jadi
teman-teman, sepanjang hari ini kita belajar tentang iri hati itu sendiri.
Sebelum kita mengakhiri, kita akan sedikit mengulang lagi tentang hal apa yang
harus dilakukan saat rasa iri itu muncul:
Ø
Mengakui dan mengenali bahwa yang kita rasakan
adalah rasa iri dan minta tolong Tuhan untuk membuat kita kuat dalam
menghadapinya supaya kita tidak jatuh ke dalam dosa.
Ø
Mengakui bahwa saat orang lain mendapat hal yang
lebih baik dari kita, mereka mungkin memang layak untuk itu. Kita harus lebih
berusaha lagi mengembangkan talenta yang telah Tuhan percayakan kepada kita.
Ø
Kembangkanlah semangat berpuas hati dengan Mensyukuri
setiap anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita sehingga kita tidak lagi iri
terhadap apa yang tidak kita miliki,
Ø
dan percaya, bahwa apa yang ada dalam diri kita
saat ini adalah yang terbaik yang diberika kepada kita.
By:
Cyntia Puspa
Pitaloka
Juni 2009
No comments:
Post a Comment