photo source: http://www.k-m-a.org.uk/uploads/images/youth.jpg |
Yang Muda Yang Melayani
Yeremia 1: 1-19
HOOK:
-
Yang melakukan tugas melayani è pelayan
-
pelayan?
o
PARADIGMA PELAYAN MASA KINI (ROLE PLAY)
Di sebuah rumah,
tinggallah keluarga Nyonya yang kaya raya dengan 2 orang pelayannya
Pelayan I : (bicara sendiri, mengitari ruangan, ngomel) “Haduhhh... rumah ini
gede banget, deh. Sampe capek aku ngurusnya. Pagi – pagi bangun udah harus
masak, nyapu, ngepel. Udah gitu cucian banyak lagi: harus nyuci piring, nyuci
baju, nyuci mobil, nyuci Ibu. Upss, nggak ding. Ibu bisa mandi sendiri ga perlu
dicuci,” (duduk, kipas2). “Meskipun
ada yang bantuin, sih. Tapi tetap aja capek! Huuft, pokoknya harus minta
kenaikan gaji! Ga berkepripembantuan namanya kalo kerja keras gaji ngepas!” (terdengar
suara, “Ijah... Sedang apa? Ibu mau pergi, nih! Tolong kunci lagi pintunya,
ya...”) “Tuh, kan. Ibu itu kejam. Ga dibiarin sebentar aja istirahat. Ijah yang
cantik ini kan perlu juga bernapas untuk mengembalikan kesegaran,” (centil, menggerutu. Pergi meninggalkan
ruangan)
Pelayan II : (bicara sendiri, mengitari ruangan, bernyanyi kecil) “adalah suka
cita di hatiku, di hatiku, di hatiku. Adalah suka cita di hatiku, bersihnya
rumahku. Wahhh... senangnya kalau rumah sudah bersih, ibu pasti senang.
Meskipun habis ini dikotor-kotori lagi sama anak Ibu, dan anak ibu susah sekali
dibilangi untuk ngga ngotor2i, meskipun kadang sampai nangis lihat ulah anak –
anak yang mengotor-ngotori, tetap aja seneeeeng bgt rasanya kalo bersih gini.” (sambil ngelap – ngelap terus, bernanyi
nyani kecil, meninggalkan ruangan)
Dari kedua contoh tadi, mana yang sering kita temui? Mana
yang baik? Saat dunia penuh dengan kewajaran sosial yang salah, Alkitab
memiliki kisah sendiri tentang seorang pelayan.
BOOK:
o
PARADIGMA PELAYAN MASA ALKITAB:
Yeremia 1:1-1
[Read rules: I as a
narrator, Sondang as Jeremiah, Axellyno as God]
Siapakah Yeremia? (1-3), [let’s
take a look!]
-
Yeremia bin Hilkia à Yeremia anaknya papa Hilkia,
seorang imam yang ada di Anatot. Anatot itu bisa dikatakan kotanya para imam. Kalau
di zaman sekarang, mungkin bisa disamakan dengan anak seorang pendeta di sebuah
kota kecil yang seluruh penduduknya keluarga pendeta. Jadi bisa dibayangkan
nih, pasti di sana orang – orangnya alim-alim karena semua rajin merenungkan
kitab Taurat. Pada zaman itu, jabatan imam/pendeta itu bersifat turun –
temurun, jadi hampir dipastikan kalau Yeremia akan meneruskan tugas papanya
jadi pendeta.
-
Dia Hidup dalam masa 3 raja yang memerintah di
Yehuda. Yosia, Yoyakim, Zedekia. Meskipun Yosia adalah raja yang takut akan Tuhan,
tetapi Yoyakim dan Zedekia tidak. Mereka adalah raja yang jahat, dan dalam masa
Zedekia, bangsa Israel dibuang ke Babel.
-
Ketika itu, bangsa Israel berbuat yang jahat di
mata Allah. Mereka menyembah berhala, tidak takut akan Allah, sehingga Allah
murka. Sungguh suatu keadaan yang kacau balau, tidak ada kemanan dan
ketentraman di sana.
-
Bisa dibayangkan ya, gimana kontrasnya, dia
tinggal di kota yang penduduknya keluarga imam, sedangkan di luar sana, orang –
orang pada menyembah berhala. Hmmm...
Bagaimana Yeremia digambarkan oleh Tuhan (4-5)?
-
Ada tiga kata kerja yang digunakan oleh Tuhan
untuk menggambarkan Yeremia.
o
dikenal, dikuduskan, ditetapkan à
untuk menjadi nabi. Jadi memang sejak semula Yeremia sudah dipilih oleh Tuhan,
bahkan sebelum Yeremia lahir! Mungkinkah Tuhan salah pilih? Nggak! Karena Tuhan
begitu mengenal Yeremia.
o
Nabi adalah seorang pelayan Tuhan, dan tugas
nabi pada zaman itu: menyuarakan Firman Tuhan (seperti speaker-nya Tuhan) à
tidak berbicara menurut keinginannya sendiri, tapi menurut keinginan Tuhan
What is Jeremiah response (6)
-
Bagaimana respon Yeremia setelah mendengar bahwa
dia ditetapkan jadi nabi bagi bangsa2? Dia mengatakan bahwa:
o
Dia tidak pandai bicara, dan
o
Dia masih muda
-
Hmm... Kalau dipikir – pikir, aneh nggak, sih?
Yeremia ini, lho, padahal belum juga dikasih tahu harus melakukan apa, sudah
bikin alasan duluan. Mirip ngga, sih sama kita? Sering banget kita ngeluarin
ratusan alasan saat diminta untuk mengerjakan tugas pelayanan di gereja atau di
PD, takut nanti pas hari_H sakit, lah, mau pergi ke mana,lah, ngga bisa
ngomong, lah. Padahal, belum juga dijelaskan apa yang harus dilakukan, hehehe.
-
Tapi, kalau mau dipikir lagi, sebenarnya wajar
ngga sih saat kita menolak dan beralasan itu?
-
Yuk, kita lihat kira – kira kondisi apa sih yang
bikin Yeremia menolak:
1.
Latar belakang keluarga: Yeremia anak imam
(zaman ini mungkin sama dengan pendeta), hidupnya sudah enak, aman, dan nyaman
di Anatot, dan akan segera menjadi imam juga kaya papanya yang jelas – jelas
asyik karena lingkungannya aman dan damai. Kalau dia menjadi speaker-nya Tuhan
di tengah bangsa yang ga takut Tuhan tadi, akan susah dan berat. Dari
lingkungan yang nyaman – nyaman saja kini dikasih tugas berat, untuk keluar dan
memberitakan kebenaran. Jadilah si Jeremi ini nolak.
2.
Dia masih muda: ada yang bilang ketika itu
Yeremia masih remaja belasan tahun atau pada usia 20 tahun awal. Yang pada
zaman itu, bukan termasuk golongan usia yang akan didengar oleh bangsanya.
Mungkin kalo zaman sekarang: “siapa, si, lo? tahu apa, anak kecil?”. Karena
kuatir ngga didenger ini, wajar jika Yeremia menolak
3.
Dia bilang kalau tidak pandai bicara à kurang pengalaman, mungkin
karena usianya yang masi muda. Di pikirannya, kali aja, kaya gini, “Aduh,
kenapa kok aku, sih? Yang tua – tua lho masi banyak. Aku masi pengen ini dan
itu. Jadi nabi? Jangan dulu deh...”
-
Hmmm... kondisi ini mirip dengan kondisi kita,
lho... Masing – masing kita punya lingkungan nyaman dan kelemahan seperti
Yeremia.
o
Lingkungan nyamanku: datang PD hari jumat kalau
pas mood aja, kalo nggak ya ga usah. Kalau hari Jumat ada yang ngajak jalan ya
mending jalan daripada PD. Pokonya absen PD paling ga keisi sekali sebulan buat
laporan Bu Tuti. Life is so fun...
o
Jadi pelayan Tuhan: harus datang PD hari Jumat,
harus datang agama, rajin gereja dan KTB, jadi teladan bagi teman lain. Kalau
dulunya bisa seenaknya saja kapan datang kapan ngga sekrang bukan hanya harus
datang, tapi harus mempersiapkan PD dan mengajak teman lain ikut PD. Apalagi,
nih, dari curhatnya beberapa teman, anak – anak di sini tu susahnya minta ampun
kalau diajakin PD. Sering harus kejar – kejaran dan tarik – tarikan. Cape
deh...
o
Kelemahanku: aku nggak pandai bicara, kadang
bingung mau ngomong apa. Nggak pinter bikin acara asyik, aku masih kelas 7,
takut ngga didengarin sama kakak kelas 9. Kakak kelas 9 serem.
o
Jadi pelayan Tuhan: mau belajar meskipun
sekarang belum bisa, berani berbicara di depan orang banyak.
o
Kita masih muda. Usia kita mungkin ga jauh beda
dengan Yeremia ketika dia dipanggil. Mungkin selisih 6-7 tahun (kecuali Kak
Koko :p). Kadang dengan usia itu kita mikir, “jangan, lah... masih banyak yang
lebih tua dan lebih cocok. Kan ada kak Stevi dan Kak Pipit. Aku jadi rakyat
jelata saja”. Kalau tidak sekarang siapa lagi? Kak Pipit dan Kak Stevi bukan pemilik
PD ini, kami hanya pembimbing. Yang mengerjakan dan lebih punya potensi untuk
membangun PD ini tentu saja siswa yang sekolah di sini.
What is God said in response to Jeremiah refusal? (7-9)
Nah, kira – kira kalau kita tahu teman kita sering banget
alesan, kita sebel ngga, sih? Tapi gimana dengan Tuhan? Bukannya bilang, “Aduh,
ternyata lu ngga bisa, ya? Yaudah deh Gue cari yang lebih berpengalaman”,
Ternyata Tuhan sangat sabar menghadapi penolakan dan keenganan Yeremia. Tuhan
mengatakan:
o
jangan katakan aku ini masih muda è [Apa artinya?] Tuhan
tahu benar kalau Yeremia masih muda, tapi itu bukan alasan untuk tidak mau
melayani dalam panggilan Tuhan. Tuhan ingin Yeremia taat kepada Tuhan saja
o
Tuhan juga menyemangati Yeremia untuk tidak
takut dengan janji bahwa Tuhan menyertainya.
Yeremia mendapat janji penyertaan Tuhan. Jadi, jika sebelumnya dia takut dalam
panggilannya menjadi nabi, itu wajar karena dia belum tahu kalau Tuhan akan.
Tapi di sini dikatakan bahwa Tuhan akan menyertainya, jadi tidak ada alasan
lagi untuk takut.
o
dan janji Tuhan ini diulang lagi pada akhir
perikop ini (19). Apa arti pengulangan ini? Berarti Tuhan sungguh – sungguh
menyertai dan berusaha meyakinkan Yeremia atas penyertaan-Nya. Menenangkan hati
Yeremia yang gundah dan takut (bayangkan seperti saat pertama kali kita masuk
sekolah, kita takut banget. Sebelum berangkat, ibu dengan lembut menenangkan,
“nggak papa, sayang... nanti kamu akan senang, ketemu banyak teman dan bermain...”.
Lalu sampai di sekolah, kamu mau nangis lagi karena takut. Lalu ibu dengan
sabar mengulang lagi menenangkan. Hal ini karena ibu sungguh – sungguh
memaksudkan demikian, ibu ingin si anak percaya kepadanya, bahwa semua akan
baik – baik saja, ga perlu ada yang ditakutkan. Dan perkataan seorang ibu bagi
anak kecil sungguh menenangkan, menguatkan, menghibur)
apakah kira – kira Tuhan akan mengatakan hal yang sama tentang
ketakutanmu? Jadi, apakah wajar jika kita masih takut?
o
Tuhan mengatakan bahwa Dia akan menaruh
perkataan-Nya dalam mulut Yeremia. Menegaskan lagi peran kenabiannya:
menyuarakan Firman Tuhan, dan bukan kata – kata Yeremia sendiri. Hal ini
penting karena tugas kenabian Yeremia adalah tugas yang tidak enak. Dalam Yeremia
7:1 à
bediri di pintu gerbang rumah Tuhan untuk memberitakan berita hukuman atas
bangsa Israel atas kejahatannya, yaitu bahwa Tuhan akan “melemparkan bangsa itu dari Hadapan TUHAN
(7:14)” à
berita yang tidak menyenangkan dan pastinya tidak ingin didengar orang. Karena
itu, Yeremia perlu diyakinkan bahwa dia tidak akan sendirian dalam menjalankan
tugasnya, tidak dengan kata – kata sendiri yang mungkin saja salah, tapi dengan
kata – kata Tuhan yang benar.
Dalam segala ketakutan
kita menjadi pelayan Tuhan, baik di PD, di gereja, di manapun kita dipanggil,
kita juga penting untuk memahami bagian ini. Bahwa seberat apapun tugas kita
nanti, Tuhan bekerja bersama kita, Dia yang akan membimbing kita dalam berkata
– kata dan bertindak.
Sekali lagi, keadaan kita tidak jauh berbeda dengan Yeremia
di kala itu. Seperti Yeremia yang mendapat tugas untuk menjadi penyuara
kebenaran di tengah bangsa yang bobrok moralnya, kita – khusunya kalian- juga.
Teman – teman yang akan menjadi pengurus di sini hidup pada
lingkungan sekolah dengan banyak teman yang nakal dan hidup tidak benar. Yang
ngga sesuai dengan moto sekolah. Teman – teman kita, baik yang ngga kenal Tuhan
atau bahkan yang mengaku anak Tuhan, banyak yang bicara kotor, berani kepada
guru, suka berkelahi, pacaran tidak pada waktunya, mencontek saat ujian,
kerjakan PR di sekolah, teman yang ejekannya saering menyakitkan hati. Sungguh
suatu lingkungan yang bobrok.
Selain itu, tantangan juga dihadapi dari dalam anak Kristen
sendiri: teman persekutuan yang kadang susah diajak PD: lebih suka renang,
jalan – jalan daripada PD hari Jumat à menjadi pengurus
sangat berat à
bicara ga digubris (bahkan undangan PD dirobek di depan mata saat dibagikan à sangat menyakitkan) à hal – hal itu sering
membuat lelah, ingin menyerah à
just like Yeremia!
Kemudia tentag talenta. Sering
merasa memilliki kemampuan terbatas: nggak pandai nyanyi, ngomong, dll. Tapi
justru di sinilah penempaan kalian. Kalian akan sungguh – sungguh belajar
bagaimana memiliki keterampilan untuk berbicara di depan umum, menyanyi di depan
umum dengan tidak takut. Kak Pipit juga dulu begitu, waktu pertama kali disuruh
jadi pembicara di depan banyak orang Kakak grogi. Keringetan dingin dan salah –
salah mulu. Tapi dari seringnya bicara, lama – lama jadi terlatih. PD ini
adalah tempat kita semua berlatih. Kak Stevi dan Kak Pipit berlatih menjadi
Pembimbing di PD ini, kami ngga tiba – tiba lahir terus menjadi seorang
pembimbing. Semua ada prosesnya. Kak Koko, Kak Pipit, dan Kak Stevi, adalah
orang yang belajar dari persekutuan, dari melayani. Dari sanalah kami belajar
menjadi seperti sekarang ini. Inilah sukacita melayani: belajar menjadi
pemimpin yang takut akan Tuhan. Saat kita melayani, kita akan juga
berkesempatan untuk bertemu dengan pelayan – pelayan Tuhan dari sekolah atau
kota lain, sehingga kita akan dapat saling belajar dari mereka.
Dan satu hal lagi yang perlu kita
ingat, bahwa seperti yang Tuhan katakan kepada Yeremia: Tuhan menyertai, begitu
juga yang akan dikatakan oleh Tuhan kepada setiap kita di sini, khusunya
pengurus baru yang akan dilantik. Yeremia tidak sejak semula mau, dia takut,
dia masih muda, dia ngga pandai ngomong. Tapi Tuhan pakai dia. Tuhan
menyertainya. Tuhan nggak salah pilih. Yang harus kita lakukan adalah taat
dalampanggilan itu, dan selalu mengingat bahwa Tuhan selalu menyertai dan
membimbing setiap pelayanan kita.
Kesimpulan:
Sebagai seorang pelayan, tugas
kita adalah melayani. Yang kita layani, Tuan kita, adalah Tuan yang Maha Kuasa,
yaitu TUHAN Yesus Kristus.
Kunci utama seorang pelayan
adalalah taat, seperti Yeremia yang pada akhirnya mau taat juga, sekalipun kita
masih muda dan bukan orang yang hebat. Untuk bisa taat kepada setiap perkataan
Tuannya, harus tahu apa yang Tuannya mau. Dan karena tuan kita adalah Tuhan,
maka untuk bisa taat kita harus tahu isi hati Tuhan melalui rajin baca Firman,
merengungkan, dan melaukan.
Seorang pelayan juga harus berani menyatakan kebenaran.
Ketika tahu ada teman melakukan kesalahan, harus berani menegur dengan kasih:
supaya orang itu dapat melakukan hal yang benar.
Mau meninggalkan keasyikan pribadinya, contoh tadi: duduk –
duduk santai, untuk melakukan apa yang tuannya mau. Begitu juga kita. Apa
keasyikan pribadi kita? Maukah meninggalkan semua itu untuk taat kepada Tuan
dan mau melayani-Nya?
Tidak perlu takut karena Tuhan beserta
Disampaikan
pada Pelantikan Pengurus Persekutuan Doa Siswa Kristen SMP N 29 Surabaya
Oleh
Cyntia
Puspa Pitaloka
No comments:
Post a Comment