Hadiah yang berbeda
untuk orang yang berbeda
Mari kita lihat bagaimana Alkitab menggambarkan kesendirian - kamu
mungkin akan terkejut.
Dalam 1 Korintus 7, Rasul Paulus menghabiskan banyak waktu
menjawab pertanyaan jemaat Korintus telah tentang pernikahan dan hidup
melajang. Berikut adalah apa yang dia katakan dalam ayat 7-9:
Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi
setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia
ini, yang lain karunia itu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan
kepada kamu-kamu aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan
seperti aku. Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka
kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.
Paulus mengatakan bahwa keadaan hidup yang kita miliki saat
ini adalah suatu karunia. Menikah adalah karunia yang baik, dan menjadi seorang
lajang adalah juga karunia yang baik. Dua hal itu adalah dari Allah. Alkitab
mendorong kita untuk menjadi saleh, apapun status hubungan kita - menikah atau melajang.
Masing-masing memiliki keuntungan, dan masing-masing ada perjuangannya. Tapi
apa pun status kita, kita harus mengikut Tuhan.
Hal ini seperti membandingkan hidup di desa dan di kota. Ada
hal-hal yang baik dan hal-hal buruk mengenai keduanya. Tapi keduanya adalah
karunia dari Allah, dan di mana pun kita hidup, kita harus memuliakan Dia.
Kategori lain yang muncul ke pikiran kita, tentu saja,
adalah "pacaran". Untuk saat ini, mari kita katakan saja prinsip yang
berlaku untuk memuliakan Tuhan dalam apapun keadaan hidup kita.
Manfaat menjadi
lajang
Karena kita saat ini fokus kepada karunia kesendirian yang
berasal dari Tuhan, kita akan memikirkan bagaimana cara memuliakan Allah
sebagai seorang lajang.
Seperti saya
sebutkan sebelumnya, ada beberapa perjuangan yang nyata untuk menjadi lajang.
- Mungkin teman-temanmu memaksamu untuk pacaran dengan laki-laki
atau perempuan tertentu
- Mungkin kamu sering digoda dan diejek karena tidak
memiliki pacar
- Mungkin
kamu merasa benar-benar kesepian
Sekali lagi saya ingin mengakui bahwa perjuangan saat melajang itu nyata ada. Tapi
kita perlu berhati-hati supaya kita tidak menjadikan pernikahan sebagai berhala.
Kita tidak bisa berpikir bahwa menikah, atau bahkan mendapatkan pacar dalam hal
ini, akan menyelesaikan semua masalah kita. Jangan salah, saya memang suka
pernikahan! Tetapi pernikahan memiliki beberapa perjuangan yang nyata -- perjuangan
yang tidak akan ada jika aku masih lajang. Jadi pacaran dan pernikahan tidak menghilangkan
masalah, mereka hanya memberikan satu set yang berbeda.
Tapi seperti pernikahan memiliki banyak kesenangan dan
keuntungan, begitu juga saat melajang! Berikut adalah bagaimana Paulus
menggambarkannya:
Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak
beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan
kepadanya.Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi,
bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya
terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan
perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi
perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana
ia dapat menyenangkan suaminya. Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu
sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi
sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan
tanpa gangguan (1 Korintus 7:32-35).
Seperti Paulus berkata: saat kamu lajang, kamu bisa
mencurahkan lebih banyak waktu dan energi untuk Tuhan dan kepentingan-Nya. Kamu
tidak terganggu oleh tanggung jawabmu untuk orang lain.
Memaksimalkan waktu
kelajanganmu
Ada beberapa keuntungan besar menjadi lajang. Tapi yang
terbesar dan terbaik adalah bahwa kamu dapat memiliki semua waktu ini untuk
melayani Tuhan. Lebih banyak waktu untuk pergi pada kamp-kamp, pergi ke kelompok pemuda,
membaca Alkitab dengan orang lain, berdoa, dan membantu di gereja.
Melajang adalah suatu berkat. Sangat penting untuk tidak meletakkan
pernikahan sebagai tujuan utama. Tujuan akhir adalah percaya Yesus dan
hidup untuk Dia sampai Dia kembali, terlepas dari status hubunganmu. Jadi
jangan menghabiskan waktumu dengan ingin
segera membuang jauh masa lajangmu, menunggu waktu untuk menikah, atau berpacaran.
Pertanyaan yang seharusnya adalah "saat aku tidak menikah, bagaimana caraku
supaya bisa melayani Tuhan dengan baik?"
Gunakan masa hidup ini untuk membawa kemuliaan bagi Tuhan.
Melajang adalah karunia, jangan mengharapkan supaya karunia itu lekas pergi.
Oleh:
Edward Sowden
Seperti yang diterjemahkan dengan perubahan dari
http://fervr.net/teen-life/the-gift-of-singleness
No comments:
Post a Comment