Filipi 1:19-26
Ada seorang kaya dari
Texas yang baru saja dimakamkan. Berdasarkan surat wasiatnya, mayatnya
diletakkan di dalam sebuah mobil Cadillac yang mewah. Mobil tersebut diatur
sedemikian rupa sehingga dengan suatu sunyal, remnya terangkat dan mobil
berjalan sendiri masuk ke liang kubur. setelah mobil berhenti dan debu tidak
lagi beterbangan, seseorang berteriak, “Wow, itulah hidup!”
Sebuah lelucon yang menyedihkan,
dan sekalipun ini hanyalan fiksi karya Eugene H. Peterson yang berjudul
“Traveling Light”, tetapi merupakan perumpamaan yang bermakna. Ada orang yang
lebih mementingkan untuk mempersiapkan hidupnya yang belum pasti ketimbang
memikirikan bagaimana menjalani hidupnya pada masa kini.
Setiap orang dipercayakan
oleh Tuhan memiliki tiga kurun waktu dalam hidupnya: masa lalu, masa kini, dan
masa yang akan datang. Dalam bagian ini, kita akan belajar dari Paulus
bagaimana dia memandang masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Surat ini ditulis Paulus ketika di dalam
penjara. Dalam bagian yang kita baca, terdapat hal – hal yang bisa kita
pelajari dari Paulus bagaimana dia memandang hidup yang dia berikan.
1:20 Sebab
yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak
akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus
dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh
matiku.
"kurindukan dan kuharapkan", KJV =
"earnest expectation and hope" apokaradokia ==> anxious and persistent
expectation (menginginkan sekali dengan terus menerus, dengan sangat. Seperti
seorang yang mengencangkan kepalanya untuk dapat melihat meskipun hanya sekilas
apa yang ada di depannya = sungguh – sungguh berusaha keras), gambaran
perjuangan keras untuk mencapai apa yang dikatakan sesudahnya, yaitu “Dalam
segala hal tidak beroleh malu”
Mengapa harus malu? Dalam
perenungan saya mencoba mencari jawaban, seseorang bisa malu karena (1) telah
melakukan suatu hal yang salah/memalukan; (2) telah melakukan dosa; (3) ketika
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan standar orang pada saat itu. Dan
setelah melakukan semua itu, orang tersebut berharap tidak melakukannya. Namun
Paulus menyatakan bahwa dia berharap dalam segala hal dia tidak beroleh malu,
artinya tidak satu pun kejadian di masa lalu yang kini ia sesali.
Kemungkinan alasan Paulus
(bisa saja) malu:
(1) Sebagai warga negara Roma yang harusnya mendapat
perlindungan hukum malah menjadi seorang terhukum
(2)
bisa saja dia merasa malu
karena dia dulunya adalah seorang penganiaya umat Tuhan tapi sekarang dia malah
menjadi orang yang dipenjara karena Tuhan
(3) atau juga malu kepada seluruh jemaat dan meratapi masa
lalunya yang kelam sebagai seorang Sandhedrin, penganiaya jemaat, dan saksi
atas kematian Stefanus karena dirajam.
Dalam banyak hal dia
dapat saja merasa malu dan menyesal, tapi Paulus lebih memilih tidak merasa
malu akan masa lalunya. Karena dengan sadar dia pasti tahu, bahwa dia tidak
dapat menjadi seperti Paulus yang sekarang tanpa menjadi Paulus yang dulu. Dan
masa lalunya telah membuatnya berjumpa dengan Kristus.
Begitupun, Paulus tahu bahwa
ada yang lebih urgent untuk dihadapi, yaitu masa kini.
Hidup yang sekarang à Palus
menginginkan Kristus dimuliakan dalam dirinya, baik dalam hidup atau matinya.
Dalam bagian ini, Paulus
tampak tidak tahu apakah iman yang dia pegang akan membawanya kepada kematian
ataupun hidup pembebasan dari penjara. Namun apapun yang terjadi, melalui hal
itu Kristus dimuliakan.
Yang mungkin kemudian
jadi pertanyaan bagi kita adalah, apakah Kristus yang sudah mulia adanya masih perlu
dimuliakan? Dan, dapatkan manusia memuliakan (membuat mulia) Kristus? KJV
memberi gambaran yang bagus dalam kita memahami memuliakan. Memuliakan = magnified = membesarkan, yang sekilas saja dapat membawa
kita pada gambaran sebuah teleskop.
Mari kita
membayangkan.Teleskop dapat melihat bintang yang dengan mata telanjang tampak
kecil menjadi kelihatan besar dan dekat. Bintang itu sendiri sudah sangat
besar, namun jangkauan mata manusia tidak dapat melihat bintang itu seperti
aslinya. Bagi banyak orang, Kristus hanyalah seseorang yang hidup berabad -
abad yang lalu. Namun saat orang tidak percaya ini melihat orang Kristen terus
melangkah melalui pergumulan hidup, mereka akan melihat seperti apa Kristus
sebenarnya dalam hidup mereka. Dalam hal ini, tubuh Kristus harus seperti
teleskop, membuat Kristus menjadi tampak besar dan dekat bagi orang - orang
yang belum percaya. Inilah tujuan kita, hidup di masa kini: magnifying (membesarkan) Kristus.
Paulus dapat saja
menghabiskan waktunya dengan membayangkan hidup yang akan datang di sorga
bersama Kristus, namun ia berhenti melakukannya. Karena sekalipun hidup bersama
Kristus sangat menyengankan, namun di hadapannya ada jemaat yang
membutuhkannya. Karena itulah, hidupnya di masa datang adalah sukacita di dalam
iman bersama dengan orang - orang percaya. Ini adalah suatu keyakinan Paulus
akan hidupnya di masa depan atas apa yang telah di lakukan dulu dan sekarang.
Tidak banyak orang yang
bersikap seperti Paulus dalam memandang masa lalu, masa kini, dan masa depan,
sekalipun masing - masing kita dipercayakan tiga kurun waktu yang sama oleh
Tuhan.
Di masa lalu: terlalu
banyak yang bisa disesali. Bukan hanya apa yang terjadi bertahun - tahun lalu,
tapi kejadian 5 menit yang lalu adalah masa lalu. Adakah dari kita yang sampai
sekarang masih sibuk meratapi masa lalu "seandainya saja dulu
aku..."?
Mungkin, beberapa dari kita memiliki masa lalu yang menyakitkan yang sebisa mungkin tidak lagi diungkit - ungkit. Tapi perlu kita sadari bahwa tanpa masa lalu, kita tidak akan bisa menjadi seperti yang sekarang. Segala hal yang terjadi di masa lalu telah memproses kita menjadi diri kita yang sekarang: baik itu kegagalan atau keberhasilan. Dan itu adalah suatu sukacita yang perlu kita syukuri. Namun kita tidak akan beranjak dan waktu kita akan habis jika kita sibuk dengan masa lalu.
Mungkin, beberapa dari kita memiliki masa lalu yang menyakitkan yang sebisa mungkin tidak lagi diungkit - ungkit. Tapi perlu kita sadari bahwa tanpa masa lalu, kita tidak akan bisa menjadi seperti yang sekarang. Segala hal yang terjadi di masa lalu telah memproses kita menjadi diri kita yang sekarang: baik itu kegagalan atau keberhasilan. Dan itu adalah suatu sukacita yang perlu kita syukuri. Namun kita tidak akan beranjak dan waktu kita akan habis jika kita sibuk dengan masa lalu.
Begitu juga dengan masa
depan. Sering kali saya tidak bangun dari tempat tidur di pagi hari karena
pikiran saya dipenuhi dengan "hal - hal yang harus saya kerjakan hari
ini". Karena cemas dengan apa yang mungkin terjadi dan pikiran
"betapa melelahkannya hari ini", saya justru tidak melakukan apa -
apa dan hanya bergumul denga selimut di tempat tidur sampai akhirnya jam
berlalu, waktu semakin sedikit dan tentu saja semakin khawatir! Terlalu sibuk
mengkhawatirkan apa yang akan terjadi akan membuat kita kehilangan fokus untuk
mengerjakan apa yang harus dilakukan di masa kini.
Masa kini = present = hadiah = anugerah. Masa kini
adalah hadiah dari Tuhan yang harus digunakan dengan sungguh - sungguh. Dan
seperti sesuatu yang cepat berlalu, beberapa saat lagi, masa kini akan menjadi
masa lalu. Karena singkatnya masa kini, kita harus mempertanggung jawabkan masa
kini hidup "memuliakan Tuhan" itu. Masa kini saya adalah menjadi TPS,
pembimbing sekolah, mahasiswa, PKK, anak, teman, rekan sepelayanan, kakak,
adik, yang mungkin beberapa saat lagi akan segera berlalu. Akan ada saatnya saya tidak di sini lagi bersama -
sama dengan teman - teman.
Beberapa dari kita akan
ada yang mengakhiri komitmen pada bulan Mei, ada yang bulan Oktober. Namun
mengingat begitu singkatnya waktu, masa sampai bulan Mei dan Oktober bukanlah
waktu yang panjang. Setelah itu, apa yang akan kita lakukan dan bagaimana hidup
kita, kita tidak tahu. Ada beberapa orang yang – begitu juga saya – sedikit
khawatir, apakah setelah ini saya akan mendapatkan komunitas yang sama. Apa
yang saya lakukan jika tidak lagi melakukan semua itu, apakah hidup akan sama
menyenangkannya?
Namun dari pada memusingkan
"apa yang akan terjadi jika saya tidak di sini lagi?" mengapa kita
tidak berfokus pada "apa yang bisa kulakukan saat ini?"
Untuk mengerjakan sekolah
dengan lebih sungguh - sungguh, dari temu PKK kemarin, kita didorong untuk
menjadi kakak KTB yang lebih baik, untuk mengetahui kebutuhan siswa, untuk
bertanggung jawab pada studi, untuk menjadi seorang anggota keluarga yang
mengasihi keluarganya.
Sebelum kita mengakhiri,
mari bersama - sama kita merenungkan, "seandainya Paulus dapat melihat
dengan jelas hidup masing - masing kita secara pribadi, kira - kira nasihat
apakah yang akan dia berikan bagi masa lalu, masa kini, dan masa depan
kita?"
Pujian:
ada
waktunya bekerja
ada
waktu bersengan dan waktu bercanda
tapi
waktu itu singkat, dan keabadian itu panjang
waktu
sekarang takkan terulang
ada
waktu untuk hidup ada waktu untuk mati
kehidupan
sekarang akan lalu dan pergi
tapi
hidup melayani Yesus itu berarti membuahkan harta abadi
di
mana saja dan kapan saja layanilah Yesus
yang
rela mati bagi umat manusia
di
mana dan kapan saja, oh, layanilah Dia
yang
memberi hidup baka
di
aman dan kapan saja, oh, layanilah Dia
yang
memberi hidup baka
Soli Deo Gloria!
Surabaya, 4 Februari
2012
Cyntia Puspa Pitaloka
No comments:
Post a Comment