Friday, September 27, 2013

HIDUP untuk MASA KINI


HIDUP untuk MASA KINI
 Filipi 1:19-26

Ada seorang kaya dari Texas yang baru saja dimakamkan. Berdasarkan surat wasiatnya, mayatnya diletakkan di dalam sebuah mobil Cadillac yang mewah. Mobil tersebut diatur sedemikian rupa sehingga dengan suatu sunyal, remnya terangkat dan mobil berjalan sendiri masuk ke liang kubur. setelah mobil berhenti dan debu tidak lagi beterbangan, seseorang berteriak, “Wow, itulah hidup!”

Sebuah lelucon yang menyedihkan, dan sekalipun ini hanyalan fiksi karya Eugene H. Peterson yang berjudul “Traveling Light”, tetapi merupakan perumpamaan yang bermakna. Ada orang yang lebih mementingkan untuk mempersiapkan hidupnya yang belum pasti ketimbang memikirikan bagaimana menjalani hidupnya pada masa kini.

Setiap orang dipercayakan oleh Tuhan memiliki tiga kurun waktu dalam hidupnya: masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Dalam bagian ini, kita akan belajar dari Paulus bagaimana dia memandang masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

Surat ini ditulis Paulus ketika di dalam penjara. Dalam bagian yang kita baca, terdapat hal – hal yang bisa kita pelajari dari Paulus bagaimana dia memandang hidup yang dia berikan.

1:20  Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.

 "kurindukan dan kuharapkan", KJV = "earnest expectation and hope"  apokaradokia ==> anxious and persistent expectation (menginginkan sekali dengan terus menerus, dengan sangat. Seperti seorang yang mengencangkan kepalanya untuk dapat melihat meskipun hanya sekilas apa yang ada di depannya = sungguh – sungguh berusaha keras), gambaran perjuangan keras untuk mencapai apa yang dikatakan sesudahnya, yaitu “Dalam segala hal tidak beroleh malu”

Mengapa harus malu? Dalam perenungan saya mencoba mencari jawaban, seseorang bisa malu karena (1) telah melakukan suatu hal yang salah/memalukan; (2) telah melakukan dosa; (3) ketika melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan standar orang pada saat itu. Dan setelah melakukan semua itu, orang tersebut berharap tidak melakukannya. Namun Paulus menyatakan bahwa dia berharap dalam segala hal dia tidak beroleh malu, artinya tidak satu pun kejadian di masa lalu yang kini ia sesali.

Kemungkinan alasan Paulus (bisa saja) malu:
(1)    Sebagai warga negara Roma yang harusnya mendapat perlindungan hukum malah menjadi seorang terhukum
(2)    bisa saja dia merasa malu karena dia dulunya adalah seorang penganiaya umat Tuhan tapi sekarang dia malah menjadi orang yang dipenjara karena Tuhan
(3)    atau juga malu kepada seluruh jemaat dan meratapi masa lalunya yang kelam sebagai seorang Sandhedrin, penganiaya jemaat, dan saksi atas kematian Stefanus karena dirajam.
Dalam banyak hal dia dapat saja merasa malu dan menyesal, tapi Paulus lebih memilih tidak merasa malu akan masa lalunya. Karena dengan sadar dia pasti tahu, bahwa dia tidak dapat menjadi seperti Paulus yang sekarang tanpa menjadi Paulus yang dulu. Dan masa lalunya telah membuatnya berjumpa dengan Kristus.

Begitupun, Paulus tahu bahwa ada yang lebih urgent untuk dihadapi, yaitu masa kini.

Hidup yang sekarang à  Palus menginginkan Kristus dimuliakan dalam dirinya, baik dalam hidup atau matinya.

Dalam bagian ini, Paulus tampak tidak tahu apakah iman yang dia pegang akan membawanya kepada kematian ataupun hidup pembebasan dari penjara. Namun apapun yang terjadi, melalui hal itu Kristus dimuliakan.
Yang mungkin kemudian jadi pertanyaan bagi kita adalah, apakah Kristus yang sudah mulia adanya masih perlu dimuliakan? Dan, dapatkan manusia memuliakan (membuat mulia) Kristus? KJV memberi gambaran yang bagus dalam kita memahami memuliakan. Memuliakan =  magnified  = membesarkan, yang sekilas saja dapat membawa kita pada gambaran sebuah teleskop.

Mari kita membayangkan.Teleskop dapat melihat bintang yang dengan mata telanjang tampak kecil menjadi kelihatan besar dan dekat. Bintang itu sendiri sudah sangat besar, namun jangkauan mata manusia tidak dapat melihat bintang itu seperti aslinya. Bagi banyak orang, Kristus hanyalah seseorang yang hidup berabad - abad yang lalu. Namun saat orang tidak percaya ini melihat orang Kristen terus melangkah melalui pergumulan hidup, mereka akan melihat seperti apa Kristus sebenarnya dalam hidup mereka. Dalam hal ini, tubuh Kristus harus seperti teleskop, membuat Kristus menjadi tampak besar dan dekat bagi orang - orang yang belum percaya. Inilah tujuan kita, hidup di masa kini: magnifying (membesarkan) Kristus.

Paulus dapat saja menghabiskan waktunya dengan membayangkan hidup yang akan datang di sorga bersama Kristus, namun ia berhenti melakukannya. Karena sekalipun hidup bersama Kristus sangat menyengankan, namun di hadapannya ada jemaat yang membutuhkannya. Karena itulah, hidupnya di masa datang adalah sukacita di dalam iman bersama dengan orang - orang percaya. Ini adalah suatu keyakinan Paulus akan hidupnya di masa depan atas apa yang telah di lakukan dulu dan sekarang.

Tidak banyak orang yang bersikap seperti Paulus dalam memandang masa lalu, masa kini, dan masa depan, sekalipun masing - masing kita dipercayakan tiga kurun waktu yang sama oleh Tuhan.

Di masa lalu: terlalu banyak yang bisa disesali. Bukan hanya apa yang terjadi bertahun - tahun lalu, tapi kejadian 5 menit yang lalu adalah masa lalu. Adakah dari kita yang sampai sekarang masih sibuk meratapi masa lalu "seandainya saja dulu aku..."?
Mungkin, beberapa dari kita memiliki masa lalu yang menyakitkan yang sebisa mungkin tidak lagi diungkit - ungkit. Tapi perlu kita sadari bahwa tanpa masa lalu, kita tidak akan bisa menjadi seperti yang sekarang. Segala hal yang terjadi di masa lalu telah memproses kita menjadi diri kita yang sekarang: baik itu kegagalan atau keberhasilan.  Dan itu adalah suatu sukacita yang perlu kita syukuri. Namun kita tidak akan beranjak dan waktu kita akan habis jika kita sibuk dengan masa lalu.

Begitu juga dengan masa depan. Sering kali saya tidak bangun dari tempat tidur di pagi hari karena pikiran saya dipenuhi dengan "hal - hal yang harus saya kerjakan hari ini". Karena cemas dengan apa yang mungkin terjadi dan pikiran "betapa melelahkannya hari ini", saya justru tidak melakukan apa - apa dan hanya bergumul denga selimut di tempat tidur sampai akhirnya jam berlalu, waktu semakin sedikit dan tentu saja semakin khawatir! Terlalu sibuk mengkhawatirkan apa yang akan terjadi akan membuat kita kehilangan fokus untuk mengerjakan apa yang harus dilakukan di masa kini.

Masa kini = present = hadiah = anugerah. Masa kini adalah hadiah dari Tuhan yang harus digunakan dengan sungguh - sungguh. Dan seperti sesuatu yang cepat berlalu, beberapa saat lagi, masa kini akan menjadi masa lalu. Karena singkatnya masa kini, kita harus mempertanggung jawabkan masa kini hidup "memuliakan Tuhan" itu. Masa kini saya adalah menjadi TPS, pembimbing sekolah, mahasiswa, PKK, anak, teman, rekan sepelayanan, kakak, adik, yang mungkin beberapa saat lagi akan segera berlalu. Akan  ada saatnya saya tidak di sini lagi bersama - sama dengan teman - teman.

Beberapa dari kita akan ada yang mengakhiri komitmen pada bulan Mei, ada yang bulan Oktober. Namun mengingat begitu singkatnya waktu, masa sampai bulan Mei dan Oktober bukanlah waktu yang panjang. Setelah itu, apa yang akan kita lakukan dan bagaimana hidup kita, kita tidak tahu. Ada beberapa orang yang – begitu juga saya – sedikit khawatir, apakah setelah ini saya akan mendapatkan komunitas yang sama. Apa yang saya lakukan jika tidak lagi melakukan semua itu, apakah hidup akan sama menyenangkannya?
Namun dari pada memusingkan "apa yang akan terjadi jika saya tidak di sini lagi?" mengapa kita tidak berfokus pada "apa yang bisa kulakukan saat ini?"
Untuk mengerjakan sekolah dengan lebih sungguh - sungguh, dari temu PKK kemarin, kita didorong untuk menjadi kakak KTB yang lebih baik, untuk mengetahui kebutuhan siswa, untuk bertanggung jawab pada studi, untuk menjadi seorang anggota keluarga yang mengasihi keluarganya.

Sebelum kita mengakhiri, mari bersama - sama kita merenungkan, "seandainya Paulus dapat melihat dengan jelas hidup masing - masing kita secara pribadi, kira - kira nasihat apakah yang akan dia berikan bagi masa lalu, masa kini, dan masa depan kita?"

Pujian:
ada waktunya bekerja
ada waktu bersengan dan waktu bercanda
tapi waktu itu singkat, dan keabadian itu panjang
waktu sekarang takkan terulang
ada waktu untuk hidup ada waktu untuk mati
kehidupan sekarang akan lalu dan pergi
tapi hidup melayani Yesus itu berarti membuahkan harta abadi
di mana saja dan kapan saja layanilah Yesus
yang rela mati bagi umat manusia
di mana dan kapan saja, oh, layanilah Dia
yang memberi hidup baka
di aman dan kapan saja, oh, layanilah Dia
yang memberi hidup baka

Soli Deo Gloria!
Surabaya, 4 Februari 2012


Cyntia Puspa Pitaloka

No comments: