BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Flatulensi adalah gejala klinis yang menggambarkan adanya
penumpukan jumlah gas dalam saluran pencernaan. Sumber utama gas intestinal
adalah kerja bakteri usus yang
memfermentasikan karbohidrat dan protein di dalam lumen intestinal. Secara
normal, bakteri tersebut hanya terdapat di dalam kolon dan gas utama yang
dihasilkannya adalah karbon dioksida serta hidrogen (di samping sejumlah kecil
gas berbau indol, skatol dan
senyawa-senyawa yang mengandung sulfur yang menghasilkan flatus dengan bau yang
khas). 1
Nyeri abdomen yang difus dan meteorismus adalah suatu gejala
klinis akibat adanya penumpukan gas dalam traktus intestinal. Berbagai
penelitian dengan memakai teknik pembersihan gas usus menunjukkan bahwa pasien
yang mengeluhkan adanya gas berlebihan dalam usus ternyata mempunyai volume gas
intestinal yang normal. Kelainan primer yang menyebabkan kondisi ini adalah
gangguan motilitas yang menyebabkan pasien merasa nyeri sekalipun dengan volume
gas yang normal yang bisa ditolerir dengan baik oleh orang normal atau
motilitasnya normal tetapi pasien sangat responsif terhadap impuls normal yang
timbul dari traktus intestinal.1
Peningkatan produksi gas intralumen yang menimbulkan distensi
abdomen, meteorismus dan flatulensi yang terjadi setelah makan makanan
tertentu, seperti kacang-kacangan dan beberapa jenis sereal yang mengandung
karbohidrat kompleks tidak-terserap yang masuk ke dalam kolon dimana zat gizi
ini akan menjadi substrat pembentuk gas untuk bakteri kolon. Contohnya adalah
golongan buncis (beans) yang
mengandung oligosakarida (stachyose dan
raffinose) yang tidak dapat dipecah
oleh enzim-enzim mukosa intestinal tetapi bisa dimetabolisme oleh bakteri
kolon. Dan kurang disadari bahwa fruktosa, pemanis tambahan atau alami dari
buah-buahan, jus buah, minuman ringan, buah ara, kurma, buah prem yang
dikeringkan dan anggur dan yang ada dalam oligosakarida dalam bawang, asparagus
dan gandum mungkin diabsorbsi secara tidak lengkap dalam usus kecil, oleh
karenanya menyebabkan distensi abdomen, kembung dan flatulensia. Namun
peningkatan produksi gas intralumen ini juga dapat diakibatkan oleh kolonisasi
bakteri abnormal usus kecil (sindroma pertumbuhan bakteri berlebihan) atau
infeksi dengan Giardia Lambia.1
Terapi flatulensi dengan menggunakan
regulator GIT, anti-inflamasi, dan antiflatulensi ditujukan untuk menghentikan
gangguan motilitas atau pergerakan gastro intestinal. Antiflatulensi adalah
obat untuk mengatasi gas yang berlebih pada sistem pencernaan seperti pada
meteorismus dan lain-lain. Obat pencernaan jenis ini biasanya juga digunakan
untuk mengatasi mual muntah.2 Makalah ini memberi informasi penggunaan obat antiflatulensi
secara rasional, contoh obat yang akan dibahas adalah Simethicone.2
Simethicone merupakan derivat dari
Dimethicone. Simethicone merupakan campuran Polydiethilpolysiloxane yang
merupakan obat antifoaming yang diperuntukkan untuk mengurangi kembung,
ketidaknyamanan dan sakit yang disebabkan kelebihan gas pada saluran cerna dan
usus. Cara kerjanya adalah dengan menurunkan tegangan permukaan dari gas
sehingga buih di dalam pencernaan membentuk gelembung yang besar yang mudah
dikeluarkan oleh tubuh. Bentuk sediaannya adalah tablet, kapsul dan cairan
suspensi. Obat ini tidak diserap oleh tubuh ke aliran darah, sehingga relatif
aman, efek sampingnya hanya berupa konstipasi, diare dan nyeri perut.2
Rasionalitas dalam memberikan terapi merupakan solusi dalam
memberikan terapi, begitu pula dalam menangani penyakit-penyakit dengan gejala
klinis seperti flatulensi ini. Penggunaan Obat yang rasional menurut World
Health Organization (WHO) tahun 1985 : Pasien menerima obat yang sesuai dengan
kebutuhannya, periode waktu yang adekuat dan harga yang terjangkau. Sedangkan
kriteria 5 tepat adalah : tepat pemilihan bahan obat, dosis yang tepat, pemilihan
bentuk sediaan obat yang tepat, pemilihan cara pemilihan obat yang tepat, dan
waktu pemilihan obat yang tepat.3 Dalam makalah ini akan
dibahas tentang mekanisme kerja Simethicone dalam
tubuh.
1.2
Rumusan
Masalah
Bagaimanakah
profil farmakologi dan cara kerja Simethicone sebagai terapi flatulensi?
1.3
Tujuan
Mengetahui
profil farmakologi dan cara kerja Simethicone sebagai terapi flatulensi.
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1 Menambah pengetahuan tentang profil farmakologi
dan cara kerja Simethicone.
1.4.2 Memberikan informasi tentang profil farmakologi
dan cara kerja Simethicone untuk penelitian lebih lanjut.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Rumus Kimia Simethicone
|
Simethicone merupakan
senyawa campuran dari polimer siloxane yang distabilkan oleh silikon dioksida. Simethicone
memiliki rumus kimia (C2H6Osi)n.(SiO2)m dan berat molekul yang bervariasi.4
2.2 Farmakokinetik Simethicone
Simethicone
tidak diserap oleh tubuh dari saluran pencernaan ke dalam aliran darah setelah
pemberian oral, juga tidak mengganggu sekresi lambung dan penyerapan nutrisi.5
Secara
fisiologis, simethicone sangat inert (lembam), hal ini dianggap tidak beracun
dan aman.6,7
Setelah
pemberian oral, simethicone diekskresikan
dalam tinja dengan bentuk tidak berubah.5
2.3 Farmakodinamik Simethicone
Simethicone
bertindak lokal dengan mengurangi tegangan permukaan gelembung gas di saluran
pencernaan, sehingga memudahkan untuk membentuk gelembung besar untuk
dikeluarkan sebagai flatus dan bersendawa.6
Simethicone juga mencegah
pembentukan dan akumulasi kantong mucus-enclosed
gas pada saluran pencernaan.5
Simethicone
membantu melewatkan gas melalui lumen
usus dan memungkinkan pasien untuk mengekskresikan volume gas yang lebih besar,
sehingga mengurangi frekuensi flatus. Dengan demikian, gas sisa yang
menyebabkan rasa tidak nyaman dan sakit di lambung dan usus akan menjadi berkurang.5
2.4 Indikasi Simethicone
Indikasi pemberian simethicone di antaranya adalah flatulensi
(perut kembung), distensi gas pasca operasi, menghilangkan gas, udara dan busa dari
saluran pencernaan sebelum pemeriksaan endoskopi dan radiografi.5
2.5 Kontraindikasi Simethicone
Kontraindikasi pemberian simethicone
adalah hipersensitivitas terhadap simethicone, dan sebelumnya telah diketahui
atau diduga terdapat perforasi dan obstruksi usus.5
2.6 Efek Samping Simethicone
Jika digunakan dengan sebagaimana yang dianjurkan, simethicone
relatif tidak memiliki efek samping.8 Food and Drug Administration
selama tahun 2007-2011 melaporkan bahwa efek samping yang paling sering dari
simethicone adalah nausea, fatigue, diare, nyeri, dyspnea, dan vomiting.9
2.7 Interaksi Obat Simethicone
Mengurangi
bioavailabilitas fenitoin, jika penggunaan fenitoin dan simethicone diperlukan,
pemberian simethicone dilakukan 2 jam sebelum atau setelah fenitoin.
Menurunkan
efikasi levothyroxine dengan cara mengikat dan menunda atau mencegah penyerapan
levothyroxine, yang berpotensi menyebabkan hipotiroidisme. Jika penggunaan
bersamaan levothyroxine dan simethicone diperlukan, pemberian simethicone dilakukan
setidaknya 4 jam sebelum atau setelah levothyroxine.5
2.8 Sediaan Simethicone
Simethicone
terdapat dalam tablet kunyah, kapsul berisi cairan, atau suspensi, dengan
kandungan obat yang berdiri sendiri atau merupakan kombinasi dengan obat-obatan
over the counter lain termasuk antasida dan digestan lain.4
2.9
Dosis Simethicone
Dosis dewasa umumnya 40-125
mg, empat kali sehari.4
BAB 3
STUDI
YANG PERNAH DILAKUKAN ORANG LAIN
3.1 Simethicone sebagai Terapi
Dispepsia Fungsional
Simethicone sudah terbukti dalam memperbaiki gejala
dispepsia fungsional dan lebih baik dari Cisapride dalam mengontrol gejala
dispepsia fungsional. Diagnosis dispepsia fungsional ditegakkan pada subjek
dengan nyeri atau ketidaknyamanan perut bagian atas untuk sekurang-kurangnya 3
bulan tanpa abnormalitas struktural atau biokima sebagai penyebab gejala.10
Dalam sebuah studi yang melibatkan seratus delapan
puluh lima pasien dengan dispepsia fungsional, pasien secara random menerima
Simethicone (105 mg), Cisapride (10 mg), dan plasebo. Hasil terapi kemudian dievaluasi
setelah 2, 4, dan 8 minggu. Yang digunakan sebagai parameter hasi terapi adalah
10 gejala abdominal, yaitu rasa penuh perut bagian atas, nyeri perut bagian
atas, borborigmi, sendawa, rasa kenyang, mual, muntah, regurgitasi,
heartburn/restrosternal discomfort, dan kehilangan selera. Intensitas gejala
kemudia dinilai sebagai 0 (tidak ada), 1 (ringan), 2 (berat), dan 3 (sangat
berat). Pasien yang diterapi dengan Simethicone menilai efikasi terapi sebagai
sangat baik pada 46% kasus, dibandingkan dengan penilaian sangat baik pada 15%
dan 16% kasus yang menerima plasebo dan Cisapride. Yang meminum Simethicone
atau Cisapride menunjukkan perbaikan gejala lebih baik dibandingkan pasien yang
meminum plasebo, dan pasien yang meminum Simethicone menunjukkan perbaikan
gejala lebih baik daripada pasien yang meminum Cisapride.10
Selama penelitian ini, efek samping dilaporkan
terjadi pada 11.5%, 16,9%, dan 20.7% pasien yang diterapi dengan plasebo,
Cisapride, dan Simethicone. Efek samping yang paling sering terjadi adalah
diare dan nyeri perut. Sebagian besar efek samping memiliki intensitas ringan
atau sedang dan dapat ditangani dengan baik pada akhir penelitian.10
3.2
Simethicone
sebagai Persiapan Pemeriksaan Endoskopik
Simethicone juga
meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan endoskopik dan akurasi diagnostik saat
kolonoskopi dan endoskopi kapsul. Dalam sebuah studi yang melibatkan 121 pasien dilaporkan bahwa pasien yang meminum
Simethicone sebelum menjalani Esophagogastroduodenoscopy
(EGD) mendapatkan hasil endoskopi yang lebih baik daripada pasien yang
meminum plasebo. Simethicone mengurangi pembentukan gelembung udara pada semua
daerah di saluran cerna. Simethicone juga meningkatkan kepuasan ahli radiologi
dan pasien secara signifikan tanpa ada adverse
effect.11
BAB 4
DISKUSI
Simethicone merupakan
obat yang tepat untuk mengurangi gejala flatulens pada dispepsia fungsional
maupun penyakit-penyakit lainya sehingga dapat membuat penderita merasa nyaman
sambil mengatasi penyebab penyakit. Simetichone merupakan obat yang relatif
aman karena bekerja lokal di saluran cerna dan tidak diserap tubuh. Simethicone
juga dapat digunakan untuk memperbaiki hasil prosedur-prosedur diagnosis
seperti endoskopi dan radiografi karena efektif dan aman. Simethicone juga
tebukti lebih baik dari Cisapride, suatu antiflatulens lain. Dari hasil
penelitian, efek samping yang ditemukan pada simetikon lebih banyak daripada Cisapride.
Simetikon lebih baik hanya pada 2 minggu awal terapi, onset terapi cepat
dirasakan sehingga dapat cepat mengurangi gejala. Tapi setelah itu, yaitu pada
hasil peneiltian 4 dan 8 minggu, hasilnya sama dengan Cisapride. Dari
penelitian lain, penambahan simetikon pada antasida juga berefek yang lebih
baik pada pasien dengna gastroesofageal reflux disease.10
Dari hasil penelitian,
efek samping untuk Simethicone sebagai terapi pada dispepsia fungsional lebih
tinggi dari pada Cisapride. Efek samping yang paling tinggi dilaporkan adalah
diare dan nyeri perut. Hal ini perlu diperhatikan untuk pasien yang menggunakan
terapi Simethicone. Sehingga harus diperhatikan bila memberi terapi pasien
dengan Simethicone.
Perlu dilakukan
penelitian-penelitian yang membandingkan keefektifan Simethicone dibandingkan
antiflatulens lainnya selain Cisapride agar memudahkan pada saat memilihkan
terapi yang paling tepat untuk seorang pasien dengan gejala flatulensi.
BAB 5
RINGKASAN
Flatulensi merupakan gejala klinis,
bukan suatu penyakit. Terjadi karena penumpukan gas di usus yang dihasilkan
bakteri usus.
Simethicone memiliki rumus kimia
(C2H6Osi)n.(SiO2)m dan berat molekul yang bervariasi. Simethicone tidak diserap oleh tubuh dari saluran
pencernaan ke dalam aliran darah setelah pemberian oral, juga tidak mengganggu
sekresi lambung dan penyerapan nutrisi. Setelah
pemberian oral, simethicone diekskresikan
dalam tinja dengan bentuk tidak berubah.
Simethicone mengurangi flatulensi dengan
cara menurunkan tegangan permukaan dari
gas sehingga buih di dalam pencernaan membentuk gelembung yang besar yang mudah
dikeluarkan oleh tubuh. Simethicone membantu melewatkan gas melalui lumen usus dan
memungkinkan pasien untuk mengekskresikan volume gas yang lebih besar, sehingga
mengurangi frekuensi flatus. Dengan demikian, gas sisa yang menyebabkan rasa
tidak nyaman dan sakit di lambung dan usus akan menjadi berkurang.
Simethicone sudah terbukti dalam
memperbaiiki gejala dispepsia fungsional dan lebih baik dari Cisapride dalam
mengontrol gejala dispepsia fungsional. Simethicone juga meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan
endoskopik dan akurasi diagnostik saat kolonoskopi dan endoskopi kapsul.
BAB 6
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Simethicone
mengurangi flatulensi dengan cara menurunkan tegangan permukaan dari gas sehingga buih di
dalam pencernaan membentuk gelembung yang besar yang mudah dikeluarkan oleh
tubuh.
2. Simethicone
membantu melewatkan gas melalui lumen
usus dan memungkinkan pasien untuk mengekskresikan volume gas yang lebih besar,
sehingga mengurangi frekuensi flatus.
3. Simethicone
merupakan obat yang relatif aman karena bekerja lokal di saluran cerna dan
tidak diserap ke sirkulasi sistemik.
CONCLUSION
From the review above
we can concluded that :
1. Simethicone
reduce flatulence by reducing gas surface tension so bubble in gastrointestinal
tract form bigger bubble which easily expeled out from the body.
2. Simethicone
help pass the gas through gastrointestinal tract and allow patient to expel
bigger volume of gas so reduce frecuency of flattus.
3. Simethicone
is relatively safe drug because it work locally in gastrointestinal tract and
not absorbed to systemic circulation.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Harrison. Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Penerbit Buku Kedokteran ECG. 1995; 246
2.
Erwina. Obat Pencernaan [Internet].
2010 [updated 2012; cited 2012 October 25]. Available from: http://erwinadr.blogspot.com/2010/11/obat-pencernaan.html
3.
Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Materi Pelatihan Peningkatan
Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan [Internet].
2008 [cited 2012 October 25]. Available from:
4.
Goodman
and Gilmans. The Pharmacological Basis of Therapeutics. Eleventh Edition. McGraw
Hill hlm. 2006. Laurence L. Brunton PhD. (editor) 1007
5. Anonymous. Statement on Usage During Pregnancy and
Lactation [Internet]. 2011 [cited 2012 October 25].
Available from: http://portal.bpfk.gov.my/aeimages/File/Product_Info/Simethicone_Tablet_Capsule.pdf
6.
Mundra, N. Luftal
(Simethicone) [Internet]. 2012 [cited 2012 October
25] Available from: http://drugs-pharmaceuticals.knoji.com/luftal-simethicone/
7.
Anonymous. Anti Bloat
[Internet]. 2012 [cited 2012 October 25]
Available from: http://www.vetsfarma.com/livestock8.html
8. PubMed
Health. American Society of Health-System Pharmacist [Internet]. 2010 [cited
2012 October 27] Available from: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PH0000747/.
9.
Food and Drug Administrations
Adverse Event Reporting System 2007-2011. Simethicone adverse event stastistics
[Internet]. 2010 [cited 2012 October 25] Available from: www.adverse-effects.org/drugs/33009-simethiconeportal.bpfk.giv.my/aeimages/file/product_info/simethicone_tablet_capsule
10. Holtmann,
G., Gschossmann, J. , May, P., Talley, N.J. A randomized placebo-controlled trial
of simethicone and cisapride for the treatment of patients with functional
dyspepsia. Aliment Pharmacol Ther. 2002;16: 16411648.
11. Keeratichananont,
Suriya MD, Sobhonslidsuk, Abhasnee MD, Kitiyakara, Taya MD, et al. The Role of Liquid Simethicone in
Enhancing Endoscopic Visibility Prior to Esophagogastroduodenoscopy (EGD): A
Prospective, Randomized, Double-Blinded, Placebo-Controlled Trial. J Med Assoc
Thai [Internet]. 2010; 93(8):892-7 [cited
2012 October 24]. Available from: http://www.mat.or.th/journal
1 comment:
Ashish Life Science are world class animal health Product Manufacturers who manufacture animal feed supplements, anti-infective, antiparastic veterinary drugs. Veterinary drug manufacturers who help in increasing the productivity of your poultry and cattle. Contact us on our Email ID info@ashishlifescience.com or visit website www.ashishlifescience.com
Post a Comment