Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hipoperfusi ini
menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan delivery oksigen, sehingga
menimbulkan disfungsi seluler.
Sepsis merupakan respon sistemik host terhadap infeksi sehingga
terjadi aktivasi proses inflamasi. Diagnosis sepsis ditegakkan apabila terdapat
minimal 2 dari gejala SIRS (Systemic Inflammation Response Syndrome) yaitu: (1)
Demam (suhu oral >38oC) atau hipotermia (<36oC);
(2) Takipnea (RR>24x/menit); (3) Takikardi (Nadi > 90x/menit); (4)
Leukositosi (Leu > 12.000/microliter) atau Leukopenia (Leu <
4000/microliter), atau >10%Bands, dengan disertai infeksi yang dapat
diperkirakan atau dibuktikan.
Dikatakan sebagai sepsis berat apabila terdapat sepsis disertai
dengan hipotensi atau hipoperfusi, yang mengarah pada satu atau lebih dari
tanda disfungsi organ, misalkan:
1.
Kardiovaskuler: TD Sistolik <90 mmHg atau
MAP < 70 mmHg yang responsif terhadap terapi cairan
2.
Renal: Urine output <0,5 ml/kg/jam selama 1
jam dengan terapi cairan adekuat
3.
Respiratori: PaO2/FiO2 <250
4.
Hematologis: Hitung trombosit <80.000/mcL
atau penurunan >50% dari nilai tertinggi 3 hari sebelumnya
5.
Metabolik asidosis yang tidak dapat
dijelaskan, pH <7,3 atau defisit basa >5mEq/l dan level laktat plasma
>1,5x nilai normal lab tertinggi
6.
Pada resusitasi cairan yang adekuat,
PAWP>12mmHg atau CVP>8mmHg
Jika sepsis dengan hipotensi yang menetap selama > 1 jam dengan
resusitasi cairan yang adekuat atau membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan
TD sistolik >90mmHg, maka disebut sebagai syok septik.
Syok septik dibagi dalam bentuk hiperdinamik (warm shock-fase I)
dan hipodinamik (cold shock-fase II). Warm shock ditandai dengan CO yang tinggi
dan PVR yang rendah. Vasodilatasi akibat pengeluaran mediator radang →
menurunkan Total Peripheral Vascular Resistance dan merusak endotel →
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Kedua hal ini mengakibatkan
maldistribusi aliran darah → hipovolemi. Respon tubuh adalah pengeluaran
katekolamin untuk meningkatkan CO dan kontraktilitas miokard, namun TD tidak
dapat meningkat adekuat sehingga terjadi hipoperfusi → produksi asam laktat.
Sebagian besar pasien akan berada dalam fase ini selama 6 – 72 jam.
Cold shock terjadi pada fase akhir dari syok septik. Dua gejala
utamanya adalah suhu subnormal dan leukopenia. Hipotensi dan hipoperfusi
bertambah hebat. Kulit menjadi dingin dan timbul bercak2 lebih luas. Nadi dan
napas cepat karena rangsang simpatis dan peningkatan level katekolamin. CO
menurun, terjadi vasokonstriksi selektif pada sirkulasi ginjal, paru, dan
splanchnic. Menyebabkan gagal multisistem: edem paru, ARDS, gagal hati dan jantung,
dan DIC. Kesadaran menurun bersamaan dengan penurunan perfusi cerebral.
Tatalaksana Syok
Surviving Sepsis Campaign Care Bundles 2012 membagi tatalaksana
menjadi 2, yaitu tatalaksana dalam 3 jam dan 6 jam pertama setelah diagnosis
sepsis ditegakkan
Yang harus diselesaikan dalam 3 jam pertama:
1.
Ukur asam laktat darah. Asam laktat merupakan
marker hipoperfusi jaringan. Meningkat apabila didapatkan nilai > 4mmol/L
2.
Kultur darah sebelum pemberian antibiotik
3.
Berikan antibiotik spektrum luas (empiris) secara
intravena. Ganti dengan antibiotik sesuai kultur segera setelah hasil muncul.
Terapi diberikan selama 7-10 hari.
4.
Berikan challenge kristaloid 30 ml/kg jika
terdapat hipotensi atau laktat> 4 mmol/L, berikan dalam waktu 30 menit.
Penelitian terakhir menyebutkan bahwa pemberian koloid HES tidak memberikan
perbedaan tingkat mortalitas dibandingkan dengan NaCl 0,9%. Disarankan
penggunaan albumin apabila dibutuhkan koloid.
Yang harus diselesaikan dalam 6 jam pertama:
5.
Berikan vasopresor (untuk hipotensi yang tidak
respon terhadap terapi cairan inisial) untuk mempertahankan MAP > 65 mmHg
6.
Pada kasus di mana terjadi hipotensi persisten
(syok septik)
a.
Ukur CVP
b.
Ukur saturasi oksigen Vena Sentral (ScvO2)
7.
Ukur kembali nilai laktat jika nilai laktat
inisial tinggi. Jika masih tinggi, lakukan resusitasi untuk menormalkannya.
Target yang harus dicapai pada resusitasi inisial dalam 6 jam
pertama:
1.
Tekanan Vena Sentral (CVP) 8 – 12 mmHg
2.
MAP > 65 mmHg
3.
Produksi urin >0,5 ml/kg/jam
4.
Saturasi oksigen vena campuran atau vena
sentral >70% atau >65%. Jika saturasi oksigen tidak mencapai target,
pertimbangkan pemberian cairan ulang, transfusi PRC hingga Hct >30% atau
infus dobutamin maksimal 20 mcg/kgBB/menit
Pengukuran Tekanan Vena Sentral (Central Venous Pressure)
CVP diukur dengan memasukkan kateter
poli ethylene dari vena tepi sehingga ujungnya berada di
dalam atrium kanan atau di muara vena
cava.
Tekanan vena sentral merefleksikan:
-
tekanan pada atrium kanan.
-
beban awal jantung kanan
-
tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole.
Tekanan vena central memberikan
informasi tentang tiga parameter: volume darah intravaskuler, keefektifan
jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Pada akhirnya, CVP dapat memberikan
informasi mengenai respon vaskuler terhadap pemberian terapi cairan.
Tujuan Pemasangan CVC:
1.
Mengetahui tekanan vena sentralis (TVS/CVP)
2.
Untuk memberikan total parenteral nutrition
(TPN) ; makanan kalori tinggi secara intravena
3.
Untuk mengambil darah vena
4.
Untuk memberikan obat – obatan secara intra
vena
5.
Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam
waktu yang singkat
6.
Dilakukan pada penderita gawat
Indikasi Pemasangan CVC
1.
Pengukuran tekanan vena sentral (CVP).
2.
Pengambilan darah untuk pemeriksaan
laboratorium.
3.
Pengukuran oksigenasi vena sentral.
4.
Nutrisi parenteral dan pemberian cairan
hipertonik atau cairan yang mengiritasi yang perlu
1.
pengenceran segera dalam sistem sirkulasi.
5.
Pemberian obat vasoaktif per drip (tetesan)
dan obat inotropik(Sebagai jalan masuk vena
2.
bila semua tempat IV lainnya telah lemah)
6.
Pasien yang mengalami gangguan keseimbangan
cairan.
7.
Digunakan sebagai pedoman penggantian cairan
pada kasus hipovolemi
8.
Mengkaji efek pemberian obat diuretik pada
kasus-kasus overload cairan
9.
Sebagai pilihan yang baik pada kasus
penggantian cairan dalam volume yang banyak
Terapi Vasopressor
Terapi dengan vasopressor dibutuhkan
untuk menunjang hidup dan memelihara perfusi pada hipotensi yang mengancam
jiwa, sekalipun hipovolemia belum teratasi. Disarankan untuk mencapai target
MAP 65 mmHg pada terapi inisial. Dibawah batas MAP, autoregulasi menghilang dan
perfusi bergantung pada tekanan.
NOREPINEFRIN
Saat ini, Norepinefrin adalah pilihan
utama untuk mengatasi syok septik.
-
Stimulasi reseptor a1 perifer dan B jantung
-
Meningkatkan MAP dengan Vasokonstriksi dan
sedikit saja penambahan CO dan SV, sehingga butuh tambahan inotropik (dopamin)
pada keadaan kontraktilitas jantung yang jelek. (CO = SV x HR)
-
Meningkatkan TD tanpa menyebabkan perubahan
Cardiac Index dan Fungsi Organ
-
Efek kurang baik untuk hemodinamik ginjal,
potensial iskemia.
-
Baik untuk warm shock
-
Dosis: 0,03 – 1,5 mcg/kgBB/menit
EPINEFRIN
Jika perlu ditambahkan atau diganti,
Epinefrin bisa menjadi pilihan selanjutnya.
-
Agen a dan B adrenergik
-
MAP ditingkatkan dengan mengubah cardiac index
dan TD perifer
-
Dapat meningkatkan HR, TD, SV, cardiac index,
hantaran dan penggunaan oksigen.
-
Efek samping: Meningkatkan asam laktat, aliran
darah sirkulasi splanknik menurun.
-
Pemberian melalui vena sentral, dalam Dextrose
5%
-
Dosis: 0,1 – 0,5 mg/kgBB/min
Vasopressin
-
Agen non katekolamin.
-
Diberikan bila syok refrakter terhadap
resusitasi cairan adekuat dan vasopresor dosis tinggi. Dapat ditambahkan pada
NE dengan tujuan meningkatkan MAP atau menurunkan dosis NE.
-
Dosis 0,01 – 0,04 U/min
-
Menurunkan kebutuhan katekolamin, sehingga
mempertahankan perfusi ginjal dan mesenterik.
FENILEFRIN
-
Pure a adrenergik → kurang menimbulkan
takikardi
-
Menurunkan SV → menurunkan CO, tidak
direkomendasikan untuk Syok Septik kecuali pada keadaan NE a) menimbulkan
aritmia serius, b) CO tinggi c) terapi akhir apabila vasopressor lain gagal
mencapai target MAP
-
Meningkatkan TD pada syok hiperdinamik
-
Pemberian melalui vena sentral, dalam Dextrose
5%
-
Dosis 0,5-o,8 mcg/kg/min
TERAPI INOTROPIK
DOPAMIN
-
Efek bergantung dosis:
o Dosisi
<5mcg/kgBB/min → vasodilatasi pd ginjal dan mesenterikus
o Dosis 5-10
mcg/kgBB/min → aktivasi B1 adrenergik → peningkatan kontraktilitas jantung dan
denyut jantung
o Dosis
>10 mcg/kgBB/min → aktivasi a1 adrenergik → vaskon arteri, TD meningkat
-
Meningkatkan MAP dan CO karena SV yang
meningkat.
-
Meningkatkan Cardiac index
-
Efektif bila fungsi jantung masih baik
-
Efek samping: takikardi dan aritmogenik
-
Baik untuk cold shock
-
Dosis: 2 – 25 mcg/kgBB/min dalam PZ atau D5%
melalui vena sentral
-
Sebelum mulai terapi, lakukan fluid challenge
dulu.
-
Titrasi tiap 15-20 meint, target: TD sistole
90mmHg, prod urin > 30ml/jam
DOBUTAMIN
-
Inotropik pilihan pertama
-
Rangsang reseptor B1 → CO meningkat
-
Efek vasodilatasi dan penurunan TD
-
Untuk pasien dengan TD rendah dan CO rendah
-
Pertimbangkan pada pasien dengan TD dan MAP
adekuat tapi Cardiac index rendah (CI = CO/BSA)
-
Px sepsis yang tetap hopotensi setelah
resusitasi cairan dapat memiliki CO rendah, normal, atau tinggi. Karena itu,
terapi kombinasi dengan NE/E dianjurkan jika CO tidak terukur.
-
Dosis 2 – 25 mcg/kgBB/min, vena sentral, D5%
atau PZ
Source:
Dellinger et al, 2012 Surviving Sepsis
Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic
Shock: 2012 dalam Critical Care Medicine
Journal February 2013 •
Volume 41 • Number 2 www.ccmjournal.org
Maier, Ronald. Approach to The Patient
With Shock. Dalam Harrison’s Principles of Internal Medicine 18th Edition.
Volume II. Editors, Dan L. Longo et al. McGraw-Hill Companies Inc.
Chen; Pohan. Penatalaksanaan Syok
Septik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor Sudoyo et al. Jakarta:
Interna Publishing.
Bramantono, Savitri. 2011. Terapi
Vasopresor pada Syok Septik. Dalam SITOKINES IV. Institite of Tropical Disease,
Airlangga University. Surabaya.
Septic Shock How to Detect It Early www2.hawaii.edu
Sharon C. Wahl, RN, MSN
Rokhaeni H. (2001). Buku
Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang Diklat RS
No comments:
Post a Comment