Saturday, September 28, 2013

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI KUNJUNGAN KE POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI RW IV DUSUN KEBONJATI DESA KLAMPOK KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI KUNJUNGAN KE POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA
DI RW IV DUSUN KEBONJATI
 DESA KLAMPOK KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG TAHUN 2012

Alvita Sari, Cyntia Puspa Pitaloka, Dwita Permatasari, Irfan Deny Sanjaya, M. Agung Marzah, Zakaria

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 2012

Abstrak: Angka prevalensi gizi kurang dan buruk Secara nasional maupun di Jawa Timur masih cukup tinggi. Posyandu merupakan salah satu usaha pemerintah untuk menurunkan angka tersebut. Keberhasian posyandu telah terbukti menaikkan derajat kesehatan masyarakat. Frekuensi kunjungan ke Posyandu telah terbukti meningkatkan pengetahuan ibu. Namun demikian, belum didapatkan penelitian yang membahas mengenai keterkaitan antara frekuensi kunjungan ke Posyandu dengan status gizi balita. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan adanya hubungan dan kuat hubungan antara frekuensi kunjungan ke Posyandu dengan status gizi anak balita di RW IV Dusun Kebonjati, Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.


Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional cross sectional study. Pengambilan sampel secara total sampling sebesar 61 anak balita. Instrumen yang digunakan adalah timbangan dacin, data sekunder dari buku KIA/KMS, dan kuesioner. Frekuensi kunjungan ke Posyandu dibedakan menjadi <8x dan ≥8x pertahun, sedangkan status gizi dibagi menjadi gizi lebih, baik, kurang, dan buruk.

Hasil penelitian ini menunjukkan anak balita dengan frekuensi kunjungan ke Posyandu <8x selama tahun 2012 sebesar 54,1% dan yang ≥8x sebesar 45,9%. Status gizi anak balita dengan gizi lebih (1,6%), gizi baik (60,7%), gizi kurang (34,4%), dan gizi buruk (3,3%). Alasan ketidakhadiran paling banyak adalah karena Ibu/Wali lupa 24,59%. Berdasarkan analisis statistik uji korelasi chi-square (α=0,05) didapatkan nilai p> 0,05 yaitu p=0.000 dengan koefisien phi 0,649.

Penelitian ini  menunjukkan hubungan kuat antara frekuensi kunjungan ke Posyandu dengan status gizi anak balita dan mengindikasikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan masyarakat ketika Posyandu berkontribusi dalam meningkatkan status gizi anak balita.

Kata Kunci: frekuensi; posyandu; anak balita; status gizi


PENDAHULUAN DAN TINJAUAN PUSTAKA


Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan tubuh untuk berbagai fungsi biologis meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan. Indikator Status gizi merupakan tanda yang dapat memberikan gambaran tentang keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh meliputi pertumbuhan fisik ukuran tubuh antropometri (berat badan, tinggi badan, dan lainnya) (1).
Status gizi balita merupakan salah satu indikator penting masalah kesehatan karena periode lima tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan masa kritis. Salah satu target Milennium Development Goals (MDGs) Indonesia adalah menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan buruk pada tahun 2015 menjadi setengah dari keadaan 1990 yaitu <15% (2).  Secara nasional sudah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi (berat badan menurut umur) pada balita dari 18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% tahun 2010 (3). Di Jawa Timur, prevalensi gizi kurang (9,2%) dan gizi buruk (2,5%) lebih kecil daripada prevalensi nasional namun masih terdapat kesenjangan antar Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, status gizi balita masih menjadi perhatian baik di tingkat nasional maupun Jawa Timur
Ada berbagai cara dalam hal menilai status gizi. Salah satu pengukuran status gizi dengan menggunakan antropometri. Pengukuran status gizi secara antropometri pada balita sudah ditetapkan melalui SK Menkes RI nomor 920/Menkes/SK/VIII/2002. Ada dua jenis antropometri yang digunakan dalam mengidentifikasi status gizi, yaitu berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Kedua jenis antropometri ini disajikan dalam bentuk indeks dan rasio tinggi badan terhadap umur (TB/U), berat badan menurut umur (BB/U), dan rasio berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Rasio TB/U mencerminkan status gizi masa lalu, karena tinggi badan merupakan outcome kumulatif status gizi sejak dilahirkan hingga saat ini, sedangkan status gizi yang diukur dengan rasio BB/U mencerminkan kondisi outcome tentang status gizi saat ini (4).
Dalam rangka mencapai salah satu MDGs yakni untuk menurunkan angka kematian bayi, pemerintah melalui Kemenkes melakukan revitalisasi Posyandu. Revitalisasi Posyandu adalah upaya pemberdayaan Posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Maka diperlukan juga keaktifan dari ibu untuk memeriksakan anaknya di Posyandu demi meningkatnya status gizi anak tersebut. Untuk mengetahui keadaan gizi dan mengenali apakah anak tumbuh normal telah dikembangkan KMS sebagai alat sederhana yang mudah digunakan di masyarakat. Berdasarkan data KMS, orang tua balita dapat segera meminta pertolongan kepada kader dan petugas kesehatan di Posyandu apabila berdasarkan KMS anak mempunyai masalah pertumbuhan (5). Namun, partisipasi ibu dalam program Posyandu biasanya menurun setelah anak mencapai usia dua tahun padahal seharusnya terus berpartisipasi dalam Posyandu sampai lima tahun (6).
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara frekuensi kunjungan ke Posyandu dengan status gizi anak balita di RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok Kecamatan Singosari Kabupaten Malang pada tahun 2012 dengan tujuan khusus (1) Mempelajari frekuensi kunjungan ke Posyandu di RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, (2) Mempelajari distribusi status gizi anak batita di RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, dan (3) Membuktikan hubungan antara frekuensi kunjungan ke Posyandu dengan status gizi anak balita di RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara frekuensi kunjungan ke Posyandu dengan status gizi anak balita di RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

METODE


Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional karena pengumpulan data untuk variabel bebas dan terikat dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan di RW IV, Dusun Kebonjati, Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang mulai tanggal 9 - 15 Desember 2012. Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh anak balita di RW IV, Dusun Kebonjati, Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dengan sampel adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Yang menjadi kriteria inklusi adalah anak balita yang berada di lokasi penelitian pada saat dilakukan pengambilan data. Sedangkan yang menjadi kriteria eksklusi adalah apabila ibu/wali anak balita menolak berpartisipasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu menggunakan seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dipatkan sampel sebesar 61 anak balita.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah status gizi dan variabel bebas adalah frekuensi kunjungan anak balita ke Posyandu.                                                                                                                                           Data diambil dan dikumpulkan melalui pengukuran berat badan menggunakan dacin kemudian dilakukan pengukuran melalui indeks berat badan menurut umur berdasarkan Standar Antropometri Status Gizi Anak Kemenkes 2010 (7). Frekuensi kunjungan dalam satu tahun didapatkan dari buku KMS/KIA selama tahun 2012. Untuk menggambarkan alasan ketidakhadiran anak balita dalam Posyandu dilakukan wawancara dengan bantuan kuesioner.
Pengolahan data pada penelitian ini diawali dengan proses pengkodean data (kodifikasi) selanjutnya dilakukan tabulasi data untuk memudahkan entry data ke komputer. Kemudian data tersebut dianalisis dengan uji statistik chi-square, untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel pada α = 0,05. Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Desa Klampok termasuk dalam wilayah Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang yang terbagi atas tiga dusun, yaitu Dusun Krajan, Dusun Kebonjati, dan Dusun Sumbul. Jumlah penduduk Desa Klampok adalah 10469 dengan jumlah laki-laki 5071 dan perempuan 5398 jiwa. Mata pencaharian penduduk di Desa Klampok mayoritas sebagai buruh tani (40%) dan petani (30%). Jumlah penduduk yang tidak sekolah masih cukup banyak yaitu 1855 (19%) jiwa, dan terbanyak adalah tamat Sekolah Dasar sebanyak 3416 (35%) jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK) 2891 dengan 402 KK miskin. Fasilitas kesehatan berupa Posyandu sebanyak 8 unit dan Polindes 1 unit, sedangkan bidan desa ada 2 orang dan dukun beranak 8 orang.
Berikut ini adalah karakteristik responden.


Frekuensi Kunjungan
Kontrol (n=61)
<8 x
≥8 x
Ibu/Wali
Usia (tahun)
18 – 39
26
26
52
40 – 59
7
2
9
Total
33
28
61

Pendidikan
Tidak Tamat SD
7
0
7
Tamat SD
9
10
19
Tamat SMP
12
6
18
Tamat SMA/SMK
4
12
16
Sarjana
1
0
1
Total
33
28
61
Pekerjaan

IRT
26
24
50
Swasta
3
2
5
Pedagang
3
1
4
Petani
0
1
1
Guru
1
0
1
Total
33
28
61
Alasan Ketidakhadiran
Ibu Lupa
8
7
15
Ibu Bekerja
10
1
11
Anak Sekolah
2
1
3
Anak Tidur
1
4
5
Bepergian
3
4
7
Lain – lain
9
4
13
Total
33
21
54
Anak Balita

Jenis Kelamin

Laki – laki
17
17
34
Perempuan
16
11
27
Total
33
28
61
Status Gizi
Gizi Lebih
0
1
1
Gizi Baik
11
26
37
Gizi Kurang
20
1
21
Gizi Buruk
2
0
2
Total
33
28
61
Umur ibu/wali balita dikelompokkan berdasarkan tahapan rentang kehidupan “usia kronologi” berdasarkan Erikson (8). Dari tabel, dapat dilihat bahwa mayoritas kelompok umur ibu/wali anak balita RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok adalah umur 18-39 tahun.  Sebagian besar pendidikan ibu/wali anak balita RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok adalah tamat SD. Berikut ini adalah karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu/wali balita. Mayoritas pekerjaan ibu/wali anak balita RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok adalah ibu rumah tangga sebanyak 50 (82%) orang. Jenis kelamin anak balita RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok lebih banyak laki-laki daripada perempuan. Berikut ini adalah frekuensi kunjungan anak balita ke Posyandu. Anak balita yang mengunjungi Posyandu <8x pertahun lebih banyak daripada yang mengunjungi Posyandu ≥8x pertahun.
Cakupan  balita yang ditimbang di Posyandu (D/S) secara nasional pada tahun 2011 sebesar  61,4 % (9) menunjukkan bahwa frekuensi kunjungan ke Posyandu yang kurang merupakan masalah nasional. Hal ini menyebabkan tumbuh kembang anak balita tidak terpantau sekaligus kehilangan kesempatan untuk melakukan edukasi terhadap keluarga mengenai kesehatan anak balita.
Alasan ketidakhadiran ibu/wali dan anak balita di Posyandu terbanyak adalah karena ibu/wali lupa dan bekerja. Sebagian besar alasan yang diungkapkan oleh ibu/wali anak balita memiliki kesamaan yaitu berkaitan dengan waktu buka Posyandu. Posyandu sebenarnya dapat buka minimal satu kali dalam satu bulan namun apabila diperlukan maka Posyandu dianjurkan untuk dibuka lebih sering (3). Dengan demikian diharapkan capaian D/S akan meningkat. Berikut adalah distribusi status gizi anak balita.
Mayoritas anak balita di Dusun Kebonjati Desa Klampok berstatus gizi baik (60,7 %). Gizi kurang masih cukup banyak yaitu 21 (34,4%) anak balita. Hanya ada 1 anak balita yang bergizi lebih dan 2 anak balita yang bergizi buruk. Berikut adalah tabulasi silang antara frekuensi kunjungan ke Posyandu dengan status gizi anak balita.
Pada tabel, dapat dilihat bahwa ada status gizi anak balita yang gizi kurang (34,4%) dan gizi buruk (3,3%). Prevalensi gizi kurang dan  buruk di Indonesia sejak tahun 2007 tidak mengalami perubahan yang berarti. Masalah gizi pada balita telah menjadi  masalah yang mendasar dan sulit untuk diperbaiki.
Prevalensi gizi lebih pada balita Indonesia mencapai 14% pada  tahun 2010 (3). Dari hasil penelitian didapatkan ada 1 anak balita yang ditemukan dengan gizi lebih yang juga harus diperhatikan dan di edukasikan ke keluarga. Banyak orang tua yang bangga apabila anaknya tampak gemuk, namun sesungguhnya gizi lebih merupakan ancaman terselubung yang apabila luput dari perhatian dan diabaikan dapat meningkatkan resiko menderita penyakit berbahaya seperti kelainan jantung maupun diabetes mellitus di masa depan.
Berdasarkan uji chi-square dengan α = 0,05 didapatkan nilai p=0,000 (p < α) sehingga  ditolak, berarti penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi kunjungan ke Posyandu dengan status gizi anak balita RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Tahun 2012. Kekuatan hubungan kedua variabel diukur dengan koefisien phi dan didapat hasil sebesar 0,649 dengan nilai signifikansi 0,000 berarti terdapat hubungan yang kuat. Dalam penelitian ini didapatkan nilai OR = 0,019 (95 % CI = 0,02–0,155) maka secara statistik signifikan sebab CI nya tidak melewati angka 1. Berdasarkan nilai OR, didapatkan hubungan bahwa frekuensi kunjungan ke Posyandu merupakan faktor preventif terhadap gizi kurang dan buruk.

KESIMPULAN


1.      Tidak semua anak balita  RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok Kecamatan Singosari Kabupaten Malang  berkunjung ke Posyandu.  Ketidakhadiran di Posyandu ini dikarenakan berbagai macam alasan, paling banyak karena ibu/wali lupa jadwal kegiatan posyandu.
2.      Status gizi anak balita di RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebagian besar memiliki gizi yang baik, namun masih ada anak balita dengan gizi kurang dan gizi buruk.
3.      Ada hubungan antara frekuensi kunjungan ke Posyandu dengan status gizi balita di RW IV Dusun Kebonjati Desa Klampok Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

SARAN


1.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong peneliti lain untuk melanjutkan penelitian terhadap faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi balita selain frekuensi kunjungan ke Posyandu.
2.      Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang pemberdayaan Posyandu demi meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
3.      Peningkatan kualitas kegiatan Posyandu terutama usaha peningkatan gizi anak balita dengan pembinaan kader-kader Posyandu oleh tenaga kesehatan setempat agar mendapat pengetahuan dan informasi mengenai status gizi balita.
4.      Pemerintah Desa dan Puskesmas diharapkan dapat melakukan penanganan khusus pada kasus gizi buruk yang ada dengan melakukan intervensi baik secara klinis, diet tinggi kalori tinggi protein, maupun dalam hal ekonomi.
5.      Pemerintah Desa serta Puskesmas diharapakan dapat ikut berperan dalam memantau keberhasilan kegiatan Posyandu guna meningkatkan dan memperbaiki status gizi anak balita.
6.      Pembina Posyandu tingkat desa dapat melakukan pembinaan rutin sebulan sekali untuk evaluasi, demi kelancaran serta keberhasilan kegiatan Posyandu.

DAFTAR PUSTAKA


1.      Suyatno. Penentuan status gizi. 2012 [Internet]. Available from: http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/11/pengertian-penentuan-status-gizi.pdf
2.      Sedyaningsih, ER. Capaian MDGs Bidang Kesehatan. 2010.
3.      Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2010.
4.      Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita) [Internet]. 2002 [cited 2012 Dec 10]. Available from: http://perpustakaan.depkes.go.id
5.      Yogiswara, BA. Hubungan antara Tingkat Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Status Gizi Balita [Internet]. Universitas Diponegoro; 2011. Available from: http://eprints.undip.ac.id/32880/1/Bonaventura pdf
6.      Anwar, F dkk. High participation in the Posyandu nutrition program improved children nutritional status. Nutr Res Pract. 2010 Jun;4(3):208–2021.
7.        Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Status Gizi Anak Kemenkes 2010. 2011.
8.      Hurlock, Elisabeth. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. 1980. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
9.      Direktorat Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Kebijakan Perencanaan dan Penganggaran Bidang Kesehatan Tahun 2013 Untuk Mencapai Target RPJMN 2009 – 2014. 2012.


No comments: