Friday, September 27, 2013

KAPAN AKU SEBAIKNYA MULAI PACARAN?

4 alasan mengapa Kamu tidak harus mulai terlalu dini ...

Budaya non-Kristen memiliki sebuah pepatah tentang pacaran. Kamu mungkin pernah mendengar ungkapan "bermainlah di lapangan sebelum Kamu menetap". Saya masih mendengar pepatah ini digunakan di mana-mana baik acara TV  maupun majalah, dan saya pikir bahwa budaya kita masih memandang pacaran sebagai sarana untuk menemukan hubungan yang lebih permanen dan stabil. Hal ini juga berlaku dalam pandangan Kristen mengenai pacaran.

Jadi, jika hal ini terjadi, kapan saya harus berpacaran?
Apa yang saya tuliskan mungkin akan membuat marah beberapa orang, tapi tips saya adalah bahwa Kamu seharusnya tidak mulai pacaran sampai Kamu sudah lulus SMA, dan saya memiliki 4 alasan mengenai pernyataan ini...
1) Untuk menghindari godaan tambahan.
Memasuki suatu hubungan dengan lawan jenis akan menyediakan lebih banyak godaan dosa seksual karena ada lebih banyak kesempatan untuk itu. Jangan menipu diri sendiri ... jika Kamu tidak memiliki hubungan eksklusif dengan lawan jenis, kemungkinan Kamu tidak akan memiliki kesempatan untuk tergoda dalam aktivitas seksual dengan orang lain. Ini mungkin terjadi ... tapi tidak sering. Cinta Eros (cinta seksual) bisa menjadi hal yang berbahaya, jadi mengapa membuka diri untuk godaan? 3 kali dalam Kidung Agung wanita tercinta memperingatkan perempuan muda

" Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang: jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!" (Kidung Agung 2:7, 3:5, 8:4).

2) Karena putus dapat membuat hidup berantakan.
Sangat canggung ketika 2 orang -- yang merupakan bagian dari kelompok yang lebih besar seperti kelompok pemuda -- memutuskan untuk putus. Ini aneh karena putus tidak hanya mempengaruhi 2 individu yang terlibat, tapi seluruh komunitas. Hal ini dapat berkembang menjadi berbagai macam perasaan tidak menyenangkan seperti kebencian, kecemburuan, iri hati, dan kesepian. Saya telah melihat seperti apa remaja yang putus dan kelompok mereka jadi berantakan. Beberapa berhenti datang ke kelompok pemuda karena mereka tidak tahan berada di sekitar mantan mereka, atau anggota kelompok lain dipaksa untuk memihak salah satu. Belum lagi rasa sakit hati karena ditolak atau dibuang. Hubungan yang dijalin pada masa remaja cukup rapuh, jadi mengapa menempatkan kelompok remaja dalam bahaya dengan pacaran lalu putus? Kamu masih akan berisiko untuk terluka saat putus ketika Kamu sudah dewasa, tapi (mudah-mudahan) saat itu imanmu dalam Kristus akan jauh lebih kuat, dan Kamu akan telah membentuk dasar persahabatan yang kuat dan stabil untuk menolong Kamu melaluinya.

3) Karena orang-orang berubah
Selama tahun-tahun remaja Kamu di sekolah menengah, Kamu mengalami beberapa perubahan besar secara fisik dan mental, dan nilai-nilai yang Kamu yakini di SMA dapat berubah secara dramatis setelah Kamu menyelesaikan sekolah dan mulai kuliah atau bekerja. Orang berubah sepanjang hidup mereka dalam segala macam cara, tetapi perubahan yang terjadi dalam transisi dari remaja ke dewasa mungkin yang paling dramatis. Ada kemungkinan besar bahwa orang yang Kamu suka di SMA tidak akan menjadi orang yang tetap Kamu sukai sebagai orang dewasa.

4) Sangat menyenangkan menjadi muda dan lajang

Kamu punya sisa hidup Kamu untuk menikah (dan pernikahan yang baik!) Tetapi Kamu hanya muda sekali dan Kamu harus menikmati waktu Kamu menjadi muda dan lajang. Pernikahan itu baik dan indah, tapi ada lebih banyak kebebasan selama bertahun-tahun Kamu sebagai seorang lajang. Seperti kata Paulus dalam 1 Korintus 7:32-34 

"Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. "

Original Article by Michael Dicker
Translated by Admin
from fervr.net

No comments: